Jangan sampai Abadi
Sedang berada di perpustakaan kampus dengan status
“MAHASISWA YANG HAMPIR ABADI”. Ditemani beberapa teman yang sedang mengerjakan
slide power point untuk sidang Tugas
Akhir. Dan aku,
cuma ngadem.
Masih ingat beberapa tahun yang lalu, ketika aku pertama
kali menginjakkan kaki di kampus ini. STIPAP (Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan). Kampus yang mau menerima aku sebagai status Calon
Mahasiswa yang hampir tidak kuliah dikarenakan tidak lulus di perguruan tinggi
manapun sebanyak 6 kali percobaan.
Sekarang, sudah 4 tahun berlalu. Sudah waktunya seorang
mahasiswa mempertanggung jawabkan semuanya di “Meja Sidang”. Layaknya seorang
anak laki-laki yang berumur 22 tahun, sudah waktunya memanfaatkan senjatanya yang telah disunat untuk melahirkan
seorang Mahasiswa Yang Hampir Abadi juga.
Aku adalah seorang Mahasiswa yang bisa dibilang tidak
terlalu aktif dikampus. Dibilang pintar, enggak. Dibilang pintar kali, mungkin
iya. KENAPA? GAK SETUJU KALAU AKU ITU PINTAR KALI?
Sudah 8 semester, dengan IPK 3,10 dan itupun sudah
termasuk nilai kasihan ditambah nipu-nipu
sedikit. Sebenarnya,
IPK 3,10 itu adalah IPK 4,00 yang typo.
Teman-teman di kampus sudah mulai maju ke meja sidang satu persatu. Sementara aku masih duduk santai di perustakaan sambil ngadem dan menikmati fasilitas wifi. Tugas Akhir masih sebatas proposal
(BAB 1 – 3). Itu juga bisa di acc
tanpa revisi. Ya, karena kasihan. Aku termasuk mahasiswa yang terakhir ngajuin
proposal ke dosen pembimbing.
Kalau menurut hasil statistik perkuliahan aku di semester
8 ini, hanya dua kali ikut bimbingan Tugas Akhir. Yang pertama, Cuma kebagian 5
menit, kemudian kelas bimbingan selesai. Artinya, aku telat datang. Yang kedua,
juga kebagian 5 menit. Lagi-lagi karena telat datang bulan.
Melihat aku yang selalu terlambat, dengan rasa terpaksa
dosen pembimbing meng-acc proposal.
Semoga dengan segala keterpaksaan doping tersebut bisa
berlanjut sampai aku bisa sidang. Meskipun lulus dan wisuda dengan status
TERPAKSA.
Di semester 8 ini, aku merasa benar-benar seperti
mahasiswa. Mulai aktif ke perpustakaan untuk mencari sumber data buat Tugas
Akhir (selain ngadem dan wifi gratis).
Padahal, selama ini aku biasanya ke perpustakaan hanya
untuk membuka pintu perpustakaan, melihat satu persatu sudut ruangan apakah ada
mahasiswa yang aku kenal, lalu berteriak (AYOK KE KANTIN!!! SEMUA INI HANYA
DUNIA!!!)
Kemudian,
aku mulai menjadi penjilat kepada sang
pencipta. Mendadak rajin ke mesjid untuk mengadu. Yang biasanya selalu menjawab
“titip doa, ya” ketika diajak sholat, kini sudah bisa menerima titipan doa dari teman-teman yang gak mau sholat.
“ya allah, permudahkan urusan Tugas Akhirku. Mengenai titipan
doa teman-teman kepadaku, jangan diterima ya allah. Titipan mereka salah alamat”
Begitulah
kira-kira doaku.
Berikut adalah ciri-ciri Mahasiswa Hampir Abadi:
Mahasiswa Hampir Abadi biasanya dalam setahun hampir empat
kali atau lebih menghadiri wisuda teman-temannya tanpa memikirkan nasib nya
sendiri. Itu artinya, sudah berapa bunga yang diberikan kepada mereka-mereka
yang sudah wisuda.
Mahasiswa Hampir Abadi biasanya bangga nge-post-ing foto dia bersama temannya
wisuda di semua sosial media. Dengan harapan, mereka semua datang juga waktu
dia wisuda. Meskipun dengan waktu yang belum ditentukan, bahkan ditargetkan.
Mahasiswa Hampir Abadi biasanya selalu menggunakan caption “semoga cepat nyusul” di
instagramnya ketika berfoto dengan teman yang sudah wisuda.
Mahasiswa Hampir Abadi itu kalau wisuda bukan pakai toga. Tapi
jas hujan (mantel).
Mahasiswa Hampir Abadi itu sering bertanya “gimana tugas
akhirmu?” kepada teman-temannya, dan gak pernah ditanyain balik. Biasanya kalo
ditanyain balik, jawabannya cuma “sebentar nya ngerjai itu”.
Nah, yang terakhir, biasanya Mahasiswa Hampir Abadi itu
lebih bisa menyiapkan ketikan di blognya daripada ketikan BAB 4 di Tugas
Akhirnya.
Semoga Mahasiswa Hampir Abadi ini segera sadar akan
statusnya. Mau bagaimanapun, aku juga gak mau
mendapatkan gelar sebagai Mahasiswa Hampir Abadi, apalagi harus menjadi Abadi. Ami-amit,
ih!
Yaudah,
yaudah.. siap postingan blog ini aku post, aku lanjut ngerjain BAB 4.
Akhir kata, HIDUP MAHASISWA HAMPIR ABADI!!!
0 comments