­

Jangan sampai Abadi

by - September 13, 2016



Sedang berada di perpustakaan kampus dengan status “MAHASISWA YANG HAMPIR ABADI”. Ditemani beberapa teman yang sedang mengerjakan slide power point untuk sidang Tugas Akhir. Dan aku, cuma ngadem.

Masih ingat beberapa tahun yang lalu, ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini. STIPAP (Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan). Kampus yang mau menerima aku sebagai status Calon Mahasiswa yang hampir tidak kuliah dikarenakan tidak lulus di perguruan tinggi manapun sebanyak 6 kali percobaan. 

Sekarang, sudah 4 tahun berlalu. Sudah waktunya seorang mahasiswa mempertanggung jawabkan semuanya di “Meja Sidang”. Layaknya seorang anak laki-laki yang berumur 22 tahun, sudah waktunya memanfaatkan senjatanya yang telah disunat untuk melahirkan seorang Mahasiswa Yang Hampir Abadi juga.

Aku adalah seorang Mahasiswa yang bisa dibilang tidak terlalu aktif dikampus. Dibilang pintar, enggak. Dibilang pintar kali, mungkin iya. KENAPA? GAK SETUJU KALAU AKU ITU PINTAR KALI?

Sudah 8 semester, dengan IPK 3,10 dan itupun sudah termasuk nilai kasihan ditambah nipu-nipu sedikit. Sebenarnya, IPK 3,10 itu adalah IPK 4,00 yang typo.

Teman-teman di kampus sudah mulai maju ke meja sidang satu persatu. Sementara aku masih duduk santai di perustakaan sambil ngadem dan menikmati fasilitas wifi. Tugas Akhir masih sebatas proposal (BAB 1 – 3). Itu juga bisa di acc tanpa revisi. Ya, karena kasihan. Aku termasuk mahasiswa yang terakhir ngajuin proposal ke dosen pembimbing.

Kalau menurut hasil statistik perkuliahan aku di semester 8 ini, hanya dua kali ikut bimbingan Tugas Akhir. Yang pertama, Cuma kebagian 5 menit, kemudian kelas bimbingan selesai. Artinya, aku telat datang. Yang kedua, juga kebagian 5 menit. Lagi-lagi karena telat datang bulan.

Melihat aku yang selalu terlambat, dengan rasa terpaksa dosen pembimbing meng-acc proposal.
Semoga dengan segala keterpaksaan doping tersebut bisa berlanjut sampai aku bisa sidang. Meskipun lulus dan wisuda dengan status TERPAKSA.

Di semester 8 ini, aku merasa benar-benar seperti mahasiswa. Mulai aktif ke perpustakaan untuk mencari sumber data buat Tugas Akhir (selain ngadem dan wifi gratis).

Padahal, selama ini aku biasanya ke perpustakaan hanya untuk membuka pintu perpustakaan, melihat satu persatu sudut ruangan apakah ada mahasiswa yang aku kenal, lalu berteriak (AYOK KE KANTIN!!! SEMUA INI HANYA DUNIA!!!)

Kemudian, aku mulai menjadi penjilat kepada sang pencipta. Mendadak rajin ke mesjid untuk mengadu. Yang biasanya selalu menjawab “titip doa, ya” ketika diajak sholat, kini sudah bisa menerima titipan doa dari teman-teman yang gak mau sholat.

“ya allah, permudahkan urusan Tugas Akhirku. Mengenai titipan doa teman-teman kepadaku, jangan diterima ya allah. Titipan mereka salah alamat”

Begitulah kira-kira doaku.

Berikut adalah ciri-ciri Mahasiswa Hampir Abadi:

Mahasiswa Hampir Abadi biasanya dalam setahun hampir empat kali atau lebih menghadiri wisuda teman-temannya tanpa memikirkan nasib nya sendiri. Itu artinya, sudah berapa bunga yang diberikan kepada mereka-mereka yang sudah wisuda.

Mahasiswa Hampir Abadi biasanya bangga nge-post-ing foto dia bersama temannya wisuda di semua sosial media. Dengan harapan, mereka semua datang juga waktu dia wisuda. Meskipun dengan waktu yang belum ditentukan, bahkan ditargetkan.

Mahasiswa Hampir Abadi biasanya selalu menggunakan caption “semoga cepat nyusul” di instagramnya ketika berfoto dengan teman yang sudah wisuda.

Mahasiswa Hampir Abadi itu kalau wisuda bukan pakai toga. Tapi jas hujan (mantel).

Mahasiswa Hampir Abadi itu sering bertanya “gimana tugas akhirmu?” kepada teman-temannya, dan gak pernah ditanyain balik. Biasanya kalo ditanyain balik, jawabannya cuma “sebentar nya ngerjai itu”.

Nah, yang terakhir, biasanya Mahasiswa Hampir Abadi itu lebih bisa menyiapkan ketikan di blognya daripada ketikan BAB 4 di Tugas Akhirnya.

Semoga Mahasiswa Hampir Abadi ini segera sadar akan statusnya. Mau bagaimanapun, aku juga gak mau mendapatkan gelar sebagai Mahasiswa Hampir Abadi, apalagi harus menjadi Abadi. Ami-amit, ih!

Yaudah, yaudah.. siap postingan blog ini aku post, aku lanjut ngerjain BAB 4.

 
Insya Allah gak abadi

Akhir kata, HIDUP MAHASISWA HAMPIR ABADI!!!


You May Also Like

0 comments