Dia tetap Gilea!
“sayang yang kau ucapkan, cinta yang kau
katakan, dan rindu yang berulang kali kau ungkapkan, ternyata hanyalah sebuah
klise yang terlalu gampang keluar dari mulutmu. Terima kasih, kau adalah
pengarang yang mahsyur di era ini”
Malam ini aku senang. Bukan karena dia, tapi lebih kepada
apa yang aku dapat selama ini. Kenapa baru malam ini? Iya, karena aku lupa
bersyukur kepada dia yang menciptakanku melalui hubungan intim yang dilakukan
orang tuaku.
Malam ini aku juga sedih. Bukan karena apa yang aku
dapat, melainkan lebih kepada apa yang DIA ucapkan malam ini. Iya, tepat malam
ini rasa senang dan sedih saling beradu di dalam hati dan pikiran untuk
memperebutkan mahkota kekuasaan oleh sang pemilik rasa.
Gilea, kau menjadi tersangka dalam kedua rasa! Semoga kau
tidak melepas hijab. Karena iblis ga mungkin pakai hijab.
Gilea itu wanita baik-baik. Kenapa dia buat aku
berantakan? Mungkin karena iblis yang terlalu pacu menggodanya. Dia bukan jahat.
Hidup realistis membuat aku yakin, melepasmu adalah
sesuatu keputusan yang amat sangat berat. Mungkin bagimu, melepasku adalah hal
yang sangat mudah, dengan apa yang kau ucapkan malam ini. semoga itu bukan
kamu, tapi iblis.
“Bentar, buat kopi dulu, biar pait”.
“Oke, kopinya uda siap, jangan tunggu dingin.
Entar ditinggalin”.
'''
Gilea..
Berpisah, mungkin keharusan. Kembali, mungkin hanyalah
angan. Dan kamu, tetaplah kamu.
Berpisah bukan berarti menghilang. Mungkin hanya sesaat.
Hanya untuk saling introspeksi disaksikan iblis yang tertawa lepas melihat
masalah ini.
Mengenalmu adalah kesenangan tersendiri bagiku. Perasaan
yang mungkin tidak dimiliki pria kurus lainnya seperti aku ketika mengenalmu.
Semoga aku bisa gemuk.
Setelah berhari-hari aku mengenalmu, aku jadi sadar,
bahwa mencintaimu itu perlu. Dan aku tidak bohong karena aku takut masuk neraka.
Dengan cinta yang aku ungkapkan dan sayang yang aku
tunjukkan, aku semakin yakin, bahwa aku adalah manusia yang bebas mengutarakan
perasaan. Meski tidak tercantum dalam Undan Undang Dasar 1945.
Setelah aku sayang, aku menjadi egois. Aku terlalu larut
dalam kesenangan memilikimu sesaat. Dan berpisah, aku tak rela. Iya, aku egois.
Sama seperti iblis.
Sekarang, kita sudah tidak bersama. Perasaan yang kita
bangun kini telah dirobohkan oleh sekumpulan genk iblis dari desa terpencil di
Jamaika. Mungkin kau tidak perduli, tapi aku hanya ingin menjaga silaturrahmi.
Aku hanya pria kurus yang kuat mengangkat barbel dengan
berat 10kg. Tapi aku lemah kalau soal asmara. Apalagi harus berpisah. Tetap
aja, harus.
Aku bisa apa? Aku hanya menikmati ke-berantakan-ku
sambil belajar ikhlas. Pelajaran yang sangat sulit dilakukan hamba tuhan. Meski
akhirnya, semua akan biasa-biasa saja.
Setelah berulang kali kau pergi dan kembali lagi, aku
jadi terbiasa untuk tetap menerimamu kembali. Aku tetap membuka menanti seperti
biasanya aku menerimamu kembali.
Mungkin ini hanya emosi kita sesaat, ya.
Apa kamu ada orang baru? Semoga bahagia.
Aku tetap pada kesederhanaan ku. Yang baru dua kali
mendapat kue ulang tahun selama 22 tahun ini. Yang kemanapun tetap memakai
helm, Kecuali pergi haji (insya allah). Yang hanya menyendiri di sebuah
cafe dengan harga minimum 5 ribu. Yang tidak bisa romantis memberi surprise
ulang tahun dengan Balon helium. Yang tidak bisa merayakan ulang tahun di
tempat ber-Ac. Yang hanya mampu berbagi tawa meski sedih yang selalu kuterima,
dan “YANG TETAP MENYANYANGI KAMU DENGAN KESEDERHANAAN INI”.
Tuhan, terimakasih telah menjadikan dia bagian dari
penyemangat hari-hariku. Buat mama nya, makasih uda melahirkan dia, tak
terkecuali ayahnya.
-reza kahar, 22 tahun, lagi berantakan, dan 25 maret yang
lalu baru ulang tahun.
0 comments