­

Dia tetap Gilea!

by - May 09, 2016

“sayang yang kau ucapkan, cinta yang kau katakan, dan rindu yang berulang kali kau ungkapkan, ternyata hanyalah sebuah klise yang terlalu gampang keluar dari mulutmu. Terima kasih, kau adalah pengarang yang mahsyur di era ini”

Malam ini aku senang. Bukan karena dia, tapi lebih kepada apa yang aku dapat selama ini. Kenapa baru malam ini? Iya, karena aku lupa bersyukur kepada dia yang menciptakanku melalui hubungan intim yang dilakukan orang tuaku.

Malam ini aku juga sedih. Bukan karena apa yang aku dapat, melainkan lebih kepada apa yang DIA ucapkan malam ini. Iya, tepat malam ini rasa senang dan sedih saling beradu di dalam hati dan pikiran untuk memperebutkan mahkota kekuasaan oleh sang pemilik rasa.

Gilea, kau menjadi tersangka dalam kedua rasa! Semoga kau tidak melepas hijab. Karena iblis ga mungkin pakai hijab.

Gilea itu wanita baik-baik. Kenapa dia buat aku berantakan? Mungkin karena iblis yang terlalu pacu menggodanya. Dia bukan jahat.

Hidup realistis membuat aku yakin, melepasmu adalah sesuatu keputusan yang amat sangat berat. Mungkin bagimu, melepasku adalah hal yang sangat mudah, dengan apa yang kau ucapkan malam ini. semoga itu bukan kamu, tapi iblis.

“Bentar, buat kopi dulu, biar pait”.

“Oke, kopinya uda siap, jangan tunggu dingin. Entar ditinggalin”.

 ''' 
Gilea..

Berpisah, mungkin keharusan. Kembali, mungkin hanyalah angan. Dan kamu, tetaplah kamu.

Berpisah bukan berarti menghilang. Mungkin hanya sesaat. Hanya untuk saling introspeksi disaksikan iblis yang tertawa lepas melihat masalah ini.

Mengenalmu adalah kesenangan tersendiri bagiku. Perasaan yang mungkin tidak dimiliki pria kurus lainnya seperti aku ketika mengenalmu. Semoga aku bisa gemuk.

Setelah berhari-hari aku mengenalmu, aku jadi sadar, bahwa mencintaimu itu perlu. Dan aku tidak bohong karena aku takut masuk neraka.

Dengan cinta yang aku ungkapkan dan sayang yang aku tunjukkan, aku semakin yakin, bahwa aku adalah manusia yang bebas mengutarakan perasaan. Meski tidak tercantum dalam Undan Undang Dasar 1945.

Setelah aku sayang, aku menjadi egois. Aku terlalu larut dalam kesenangan memilikimu sesaat. Dan berpisah, aku tak rela. Iya, aku egois. Sama seperti iblis.

Sekarang, kita sudah tidak bersama. Perasaan yang kita bangun kini telah dirobohkan oleh sekumpulan genk iblis dari desa terpencil di Jamaika. Mungkin kau tidak perduli, tapi aku hanya ingin menjaga silaturrahmi.

Aku hanya pria kurus yang kuat mengangkat barbel dengan berat 10kg. Tapi aku lemah kalau soal asmara. Apalagi harus berpisah. Tetap aja, harus.

Aku bisa apa? Aku hanya  menikmati ke-berantakan-ku sambil belajar ikhlas. Pelajaran yang sangat sulit dilakukan hamba tuhan. Meski akhirnya, semua akan biasa-biasa saja.

Setelah berulang kali kau pergi dan kembali lagi, aku jadi terbiasa untuk tetap menerimamu kembali. Aku tetap membuka menanti seperti biasanya aku menerimamu kembali.

Mungkin ini hanya emosi kita sesaat, ya.

Apa kamu ada orang baru? Semoga bahagia.
Aku tetap pada kesederhanaan ku. Yang baru dua kali mendapat kue ulang tahun selama 22 tahun ini. Yang kemanapun tetap memakai helm, Kecuali pergi haji (insya allah).  Yang hanya menyendiri di sebuah cafe dengan harga minimum 5 ribu. Yang tidak bisa romantis memberi surprise ulang tahun dengan Balon helium. Yang tidak bisa merayakan ulang tahun di tempat ber-Ac. Yang hanya mampu berbagi tawa meski sedih yang selalu kuterima, dan “YANG TETAP MENYANYANGI KAMU DENGAN KESEDERHANAAN INI”.

Tuhan, terimakasih telah menjadikan dia bagian dari penyemangat hari-hariku. Buat mama nya, makasih uda melahirkan dia, tak terkecuali ayahnya.

-reza kahar, 22 tahun, lagi berantakan, dan 25 maret yang lalu baru ulang tahun.






You May Also Like

0 comments