Kamu, yang aku tunggu di explore instagram.
Hei kamu, yang sedang duduk di
belakangku.
Rambutmu kenapa pirang? Sengaja, ya,
buat aku kagum? Ah, dasar! Pengen nanya nama kamu, tapi aku malu. Biasa aku gak
begini. Kamu hebat, bisa merubah kebiasaan aku.
Di tempat yang sama, kita uda ketemu
tiga kali, loh.. sanger panas minumanku menjadi saksinya. Minuman yang selalu
aku pesan ketika aku berjumpa sama kamu. Cuma mata kita yang saling berbicara,
menatap malu-malu, seolah-olah kau yang berharap aku menegurmu duluan. Sementara
aku berharap kau tidak membuat aku begini. Aku yang tidak pernah malu untuk
menegur orang. Tapi sekarang, kau biang keroknya.
Hari pertama kita jumpa, aku lagi
mengerjakan tugas di sebuah café di medan. Aku yang saat itu terlambat datang
langsung kau sambut di depan café. Mungkin kau gak merasa, tapi tidak denganku.
Hari ini, aku baru tau kau pirang. Sebelumnya, kau pake hijab.
Kau yang sedang asik bercerita
dengan teman cowokmu, membuat aku yakin bahwa dia itu bukan pacarmu. Entah kenapa
aku bisa punya keyakinan kayak gitu. Mungkin karena wajah dia yang tidak
berbanding lurus denganmu. Begitu juga dengan badannya yang hitam, gendut, dan
brewokan. Hampir tidak bisa aku membedakan yang mana manusia dan gorilla.
Tidak denganmu, aku yang tidak bisa
membedakan yang mana manusia dan bidadari. Mungkin tuhan sengaja menurunkan
bidadari dari surga ke bumi. Sesekali kulihat kau mengisap sebatang rokok. Di surga
gak ada rokok? Apa kau turun ke bumi Cuma untuk beli rokok? Atau kau turun ke
bumi Cuma untuk merubah kebiasaan aku? Ah, kau kece sekali.
Selama dua jam aku duduk di café itu,
aku selalu curi-curi pandang ke teman cowokmu yang seperti gorilla itu
kau yang seperti bidadari. Tapi kita tak kunjung saling berbicara.
Aku pulang, dengan membawa kebiasaan
baruku. Aku gak tau namamu, kuliahmu, ukuran celana dalammu, apalagi isinya.
Aku hapal mati gimana bentuk
wajahmu. Aku hanya berharap, aku menemukanmu di explore instagram. Ah, mana mungkin cewek kece kayak kau tidak
punya instagram. Itu mustahil. Aku yakin.
Selama sebulan lebih ketika aku
pertama berjumpa denganmu, kerjaanku selalu stalker
explore instagram di akunku. Aku tau itu susah, tapi aku gak mau berhenti
berusaha. Mungkin kalian menilai aku cowok yang bodoh dan gak gentleman. “kenapa gak tanyak aja langsung namanya?”
pasti kalian bertanya seperti itu. Aku Cuma bisa menjawab, “DIA YANG BUAT AKU GAK BISA BERTANYA SEPERTI ITU!!!”
Sebulan berlalu, tanpa sengaja aku kembali datang di tempat
yang menjadi saksi kita berjumpa pertama kali. Sanger panas yang juga menjadi
saksi juga gak mau ketinggalan. Dengan begitu, mereka juga akan menjadi saksi
ketika aku berhasil mengetahui siapa namamu dan dimana kuliahmu.
Tiba-tiba, kau datang lagi. Sekarang
kau datang berdua dengan teman cewekmu. Aku gak tau, apakah temanmu yg cowok
kemaren itu memang sudah ganti kelamin atau tidak. Kenapa aku berpikiran kayak
gitu? Ya.. karena mukanya gak jauh beda sama teman cowokmu kemaren. Badannya gendut,
hitam, tapi tidak brewokan. Sekarang, wajah temanmu yg cewek itu seperti
bidadari yang diturunkan tuhan dari surga, tapi, dengan kepalanya yang duluan
mendarat di bumi.
Di meja yang berbeda namun dengan
posisi yang sama seperti kemaren. Wajah kita berpapasan. Kiblatku memang gak
pernah salah. Kau kece!
Lagi, lagi, dan lagi. Aku belum
berani untuk mengajak kamu berbicara. Mau mu apa? Apa kau mau aku terus-terusan
mencari kamu di explore instagram? Fine!
Aku siap!
Aku selalu curi-curi pandang
denganmu. Kau juga demikian. Tapi kenapa kita tidak bisa berbicara? Susah rasanya.
Seakan-akan tuhan hanya menciptakan mata itu untuk berbicara. Padahal tidak.
“aku
pulang duluan, ya,” mataku yang berbicara. Tatapan matamu yang hanya
sekilas memandangku ketika aku beranjak pergi seakan berbicara “iya, hati-hati. Goodluck buat mencari aku
di explore instagram mu”
Setelah itu, aku kembali pada
kebiasaanku yang kau buat. Mencari, mencari, dan terus mencarimu di explore instagram. Aku belum menyerah. Aku
menyanggupi tantangan yang kau buat melalui tatapan matamu kemarin. Ah, kau
kece!
Dan sekarang, ketika cerita di blog
ini aku tulis, di tempat yang sama, dengan sanger panas yang juga gak pernah
absen diatas meja ini, aku kembali berjumpa denganmu. Kali ini, kau gak pake
hijab. Rambutmu pirang. Kemana hijabmu? Ah, kau kece!
Sekarang posisimu di belakangku. Kau
menghadap aku yang sedang membelakangimu. Kali ini mata kita sulit untuk
berbicara. Mungkin, hanya matamu yang berbicara kepadaku seakan berkata “gimana? Uda ketemu aku di explore? Atau kamu
uda nyerah? “
Oke, kali ini aku coba mengetahui
namamu langsung dari mulutmu. Sepertinya, ini hari terakhir aku buat mencari
kamu di explore instagram. Aku akan
kembali pada kebiasaanku yang gak pernah malu untuk negur orang duluan.
SUDAH!!! NANTI AKU LANJUT KALO UDA TAU NAMANYA,
YA!!!
0 comments