Ayahku dan Perjuangan Hidupnya

by - November 25, 2012



                Drs. Dahman Hrp M.Ag dan Dra. Irma Deliati M.Pd adalah orang yang sangat berjasa dalam kelahiran saya ke dunia. Aku bersyukur tuhan mempertemukan mereka 19 tahun silam. berkat pertemuan itu aku sampai sekarang masih bisa bernafas dengan lancar tanpa bantuan alat pernafasan. Sebagai orang medan berdarah batak, aku memanggil mereka dengan sebutan ayah dan mamak.
                Untuk kali ini aku ingin menceritakan tentang kisah ayah ku yang penuh dengan cobaan hidup. Langsung saja!

#np: Koes Plus – Ayah

                Drs. Dahman Hrp M.Ag (ayah)
                7 Februari 1966 ayah lahir di Tapanuli Selatan desa Binanga. Dengan keadaan ekonomi yang bisa dibilang sangat serba kekurangan, ayah mencoba bertahan hidup. Memang, kalau menceritakan kisah ayah ini perlu untuk menahan air mata. Ayah adalah anak bungsu dari 2 orang bersaudara. Dia mempunyai seorang kakak. Aku memanggilnya, bou (sebutan untuk kakak ayah bagi orang batak). Jarak usia mereka sangat jauh, 13 tahun. Mereka berdua tinggal bersama kedua orang tuanya. Hidup mereka ber empat itu antara makan dan gak makan. Ya, faktor ekonomi lah penyebabnya. Opung ku (sebutan kakek/nenek bagi orang batak) adalah pengangguran. Karena sering sakit-sakitan, iya tidak mampu bekerja dengan maksimal. Karena kehidupan mereka yang miskin, keluarga mereka tidak dianggap oleh saudara-saudara lainnya. Banyak yang benci dengan keluarga ini karena miskinnya. Ini terbukti ketika ayah berusia 2 tahun. Ketika itu, mamaknya ayah meninggal dunia karena sakit. Tetapi, satupun dari keluarga ayah enggak ada yang melayat. Ya, Cuma ayah, bou, dan opung laki-laki lah yang ada di hadapan jenazah. Bisa bayangin gak, betapa sakit nya gak dianggap oleh saudara-saudaranya.
                Ayah saat berusia 2 tahun sudah menjadi anak piatuh. Hidup tanpa seorang ibu yang melahirkannya. Ayah pun tinggal dengan kakek dan kakaknya. 4 tahun kemudian, Ayah meninggalkan masa balitanya. Tepat berusia 6 tahun, ayah memasuki bangku sekolah dasar. Bagi ayah, sekolah adalah harapan yang paling utama. Dia gak perduli kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Maka dari itu untuk menambahi biaya sekolahnya, ayah menjual es batangan di sekolah. Dengan hasil penjualan itu lah dia bisa membiayai sekolah nya saja. Kalau urusan makan, itu Cuma nasib-nasiban. Kalau uang cukup, ya makan. Kalau enggak, ya 3 hari pun bisa gak makan.  Ayah di sekolah nya Cuma mendapat ejekan dari teman-temannya. Tapi ayah orang nya penyabar. Aku salut punya ayah seoarang penyabar. Justru dia menjadikan ejekan itu sebagai motivasi. Alhasil, ayah selalu mendapat juara di kelasnya.
                Ayah pun tamat dari Sekolah Dasar. Dia berharap bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Pertama. Setelah pengumuman kelulusan, ayah kembali kerumahnya. Dia langsung meminta izin kepada ayahnya. Tapi apa daya, ayahnya gak memberi izin karena ketiadaan biaya. Karena kemauan yang kuat untuk sekolah, ayah rela kembali berjualan es batangan di sekolah maupun ketika pulang sekolah. Ternyata cacian dan ejekan itu tetap berlanjut. Lagi-lagi ayah tidak perduli. Karena dia berpikir apa yang dia kerjakan itu adalah semata mata untuk sekolah. Sekedar tambahan, selama 3 tahun duduk di bangku SMP, ayah hanya memiliki sepasang baju sekolah. Karena keterbatasan ekonomi, ayah rela bertahan mempunyai sepasang baju seragam, begitu juga ketika sekolah dasar, ayah selama 6 tahun Cuma memiliki sepasang baju. Kasihan ayah :’(
                Hidup keluarga ayah tambah parah. Keadaan ini membuat kakek stress. Dia dianggap gila oleh saudara-saudaranya. Hal ini terbukti ketika itu ayah ingin mandi di sungai. Setelah sampai di sungai, ayah melihat kakek sedang mengumpulkan air sungai ke dalam botol. Lalu kakek menjualkan air sungai itu kepada anak-anak dan mengatakan bahwa air yang didalam nya itu adalah teh manis. Kejadian itu membuat anak-anak yang ada di sungai menertawakannya dan mengejek-ngejek kakek dengan sebutan orang gila. Saat itu ayah menangis di pinggir sungai sambil melihat ayahnya di ejek-ejek oleh anak-anak. Dia sedih dengan keadaan keluarganya. Lalu ayah mendatangi kakek dan mengajak nya pulang. Ternyata, ayah juga diejek oleh anak-anak itu. Tapi ayah sabar. Sambil meneteskan air mata, ayah menggandeng kakek pulang kerumah. Setelah sampai di rumah, ayah menangis meronta-ronta. Kakek Cuma bisa senyum melihat ayah yang sedang nangis. Mungkin kakek mengerti mengapa ayah menangis seperti itu.
 Kehidupan yang seperti ini terus berlanjut hingga ayah duduk di bangku SMA. Lagi-lagi ayah meminta izin kepada ayahnya untuk merantau ke kota Sidempuan untuk menuntut ilmu. Melihat kemauan ayah yang kuat, akhirnya kakek mengizinkannya untuk berangkat. Sehari sebelum berangkat, kakek ternyata memiliki uang simpanan. Ketika itu jumlahnya 10 perak. Itu sekitar seribu perak saat ini. Ayah pun berangkat meninggalkan kakek yang keadaannya sedang sakit. Dia menyalam tangan kakek sambil menangis. Dia harus rela meninggalkan ayahnya demi menuntut ilmu. Akhirnya ayah pun berangkat. Dengan menggunakan kaos yang kusam, celana pendek, dan sendal jepit, dia berjalan menuju terminal bus. Didalam bus, ayah harus rela duduk di lantai bus karena saat itu ayah hanya mempunyai uang 10 perak. Setelah sampai di Sidempuan, ayah buta arah dan tujuan. Dia gak tahu harus tinggal dimana. Sementara, ketika itu hari sudah malam. Ayah pun berjalan kaki mencari tempat untuk istirahat. Dengan rasa haus dan lapar, ayah terus berjalan di kegelapan malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Bayangin aja, sampai pukul segitu ayah masih berjalan mencari tempat istirahat. Tiba-tiba ayah melihat sebuah gudang kayu. Tempatnya gelap, bau, dan banyak nyamuknya. Karena sudah terlalu lelah, ayah pun terpaksa harus tidur diatas tumpukan kayu. Bisa ku bayangkan, ayah dengan keadaan lapar, badan yang jorok karena belum mandi, pasti itu membuat santapan yang lezat bagi nyamuk. Di malam yang gelap dan cuaca yang dingin, dan beratapkan langit, ayah tidur lelap. Kasihan sekali ayah!
Pagi pun tiba. Saat itu orang yang mempunyai gudang itu terkejut melihat ayah yang dalam keadaan tertidur. Lalu orang itu membangunkan ayah. Ayah pun langsung bangun. Lalu ayah meminta maaf kepada pemilik gudang karena telah tidur disitu. Ayah pun mejelaskan semuanya. Dia mengatakan kalau dia berasal dari Tapanuli Selatan dan merantau ke Sidempuan untuk sekolah dan bekerja. Dia juga menjelaskan kalau ketika itu dia tidak punya tempat untuk beristirahat. Ternyata si pemilik gudang itu merasa kasihan melihat keadaan ayah yang sangat lemas. Si pemilik gudang pun mengajak ayah kerumahnya untuk sarapan pagi. Ayah senang mendengar ajakan orang tersebut. Akhirnya ayah pun bisa makan makanan yang enak. Ternyata si pemilik gudang itu orang kaya. Dia mempunyai panglong yang besar. Ketika sedang menikmati makanan, ayah teringat kakek di kampung. Ayah bertanya didalam hati, “ayahku di kampung lagi makan atau tidak ya?”. Saat itu juga ayah meneteskan air matanya. Itu membuat si pemilik gudang bertanya, “kenapa kau menangis?”. Ayah pun menjelaskan keadaan keluarganya di kampung yang hidupnya antara makan dan tidak makan. Si pemilik gudang kasihan melihat ayah. Dia pun langsung mengajak ayah untuk bekerja di panglong miliknya dan tinggal bersamanya tanpa membayar uang sewa. Perasaan ayah senang bercampur sedih. Senangnya, ayah tinggal di rumah yang cantik tanpa harus membayar sewa. Dan sedihnya, dia harus rela melihat ayah nya yang tinggal di gubuk yang kumuh.
Ayah pun duduk di bangku SMA. Dia tetap bekerja keras untuk membiayai sekolahnya. Setelah pulang sekolah ayah bekerja sebagai kuli di panglong itu. Malamnya ayah mengajar ngaji di mesjid. Itulah berulang-ulang dilakukan ayah selama 3 tahun. Pernah suatu ketika ayah tertimpa masalah. Sepulang mengajar ngaji, ayah dihadang oleh dua orang yang tidak di kenal. Ayah terkejut. Belum sempat melarikan diri, kedua orang itu langsung memukulkan kayu besar ke badan ayah. Ayah menjerit kesakitan dan menangis. Kedua orang itu ternyata tidak senang melihat ayah karena orang susah dan merantau di kota mereka. Kasihan ayah, kehadirannya ternyata bukan hanya membuat keluarganya membencinya, tetapi orang-orang disekitarnya juga ikut membencinya. “Apa salah ayah ku ya Allah?”.
Ayah kembali pulang dengan keadaan sakit. Si pemilik gudang terkejut melihat kondisi ayah, dia langsung memberikan pertolongan pertama. Setelah kejadian itu, ayah trauma. Tapi dia tetap harus bekerja demi sekolahnya. Salut buat ayah!
3 tahun berlalu, ayah pun tamat dari bangku SMA. Dia pamit kepada pemilik gudang untuk kembali ke kampung halamannya. Ayah kembali pulang ke kampung menggunakan pakaian yang sama seperti dia berangkat dari kampung. Masih dengan kaos yang kusam, celana pendek dan sendal jepit. Melihat penampilan ayah, si pemilik gudang memberikannya sebuah kaos yang layak pakai. Ayah pun menerimanya. Tapi, kaos itu hanya di simpan di dalam tas nya. Ayah pun kembali ke kampung. Setelah sampai di kampung, ayah langsung menyalam kakek dan memeluknya. Ternyata kondisi kakek waktu itu masih sakit. Saat itu juga, ayah langsung meminta izin untuk melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Kakek langsung menangis. Ayah pun terkejut melihat kakek yang tiba-tiba menangis. Ayah bertanya, “kenapa ayah nangis?”. Kakek menjawab, “jangan tinggalkan ayah lagi, ayah gak tahan di ejekin terus sama saudara-saudara kita. Kawani ayah disini. Ayah takut”. Ayah pun langsung menangis juga. Akhirnya mereka berdua pun menangis bersama. Tapi kemauan ayah untuk kuliah tidak bisa dihentikan begitu saja. Ayah pun terus membujuk kakek untuk tetap sabar dan tawakkal menghadapi cobaan hidup ini. Akhirnya ayah mendapat restu untuk kuliah di Medan. Tanpa bermodalkan uang sepeser pun, ayah berangkat ke Medan. Sebelum berangkat, ayah nekat mencuri celana saudaranya. Ternyata celana itulah digunakan ayah untuk kuliah nanti. Setelah sampai di terminal bus, ayah langsung menjumpai supir bus itu. Ayah berkata, “bang, kasihani aku. Aku mau ke Medan tapi gak punya duit”. Supir yang sangat kasihan melihat penampilan ayah, langsung mengangguk dan memberikan ongkos gratis kepada ayah. Ternyata hidup ayah itu penuh belas kasihan dan kebencian dari orang lain.
*ayah dan kakek*


*Hidup di Medan*
Ayah menginjakkan kaki nya di kota Medan dengan selamat. Dia kaget melihat suasana kota yang begitu ramai dan padat. Berbeda jauh dengan kampung halamannya. Melihat situasi seperti ini ayah bingung mau tinggal dimana. Dia gak punya saudara dan teman di sini. Lagi-lagi dia buta arah dan tujuan. Karena sudah terlalu lelah, ayah langsung menuju mesjid yang dekat dengan stasiun untuk Ishoma (Istirahat Sholat Makan). Selesai sholat dzuhur, ayah istirahat. Dia gak makan siang karena gak punya duit. Ayah terpaksa tidur dengan keadaan lapar. Mungkin karena sudah terbiasa hidup kelaparan, hal itu gak jadi masalah sama ayah. Tapi... tetap kasihan! Ayah tidur di teras mesjid dengan ber-bantalkan tas yang berisi ijazah, raport, dan pakaian seadanya. Tiba-tiba ayah dibangunkan oleh pengurus mesjid karena waktu sholat ashar sudah tiba. Ayah bergegas bangun dan mengambil air wudhu. Selesai wudhu, dia memasuki mesjid. Dia gak mendengar suara adzan. Ayah berinisiatif untuk adzan. Suara ayah memang merdu kalau adzan maupun membaca ayat al-qur’an. Selesai sholat, ayah kembali beristirahat di teras mesjid. Masih dengan keadaan lapar tentunya. Sampai maghrib ayah tetap berada di mesjid itu. Wajar aja, ayah memang buta arah di medan ini. Melihat ayah yang satu harian penuh di mesjid membuat pengurus mesjid heran. Pengurus mesjid itu pun bertanya kepada ayah. Setelah mengetahui semua jawaban ayah, akhirnya ayah diberikan izin tinggal di mesjid sebagai pengurus. Ayah mengajar ngaji, adzan, membersihkan mesjid dan pekarangannya. Ayah senang bisa tinggal disitu.
Sebulan kemudian, ayah mendengar bahwa tes untuk masuk perguruan tinggi telah di buka. Ayah sangat bersemangat mendengar berita ini. Dia bergegas mencari informasi mengenai berita tersebut. Ternyata benar, seleksi telah dibuka. Ayah nekad mengambil beasiswa di IAIN (Institut Agama Islam Negeri). Yaah namanya juga orang miskin, mana bisa bayar kuliah mahal-mahal. Dalam hati ayah, kalau gak lulus ya gak kuliah. Kalau lulus, ya kuliah bagus-bagus. Ayah langsung melengkapi perlengkapan yang ditetapkan. Baik itu ijazah, raport, dan peralatan ujian lainnya.
Seminggu kemudian tes dimulai. ayah yang hanya mempunyai celana jeans hasil curian yang dicurinya di kampung ternyata dilarang mengikuti ujian karena menggunakan celana jeans. Ayah sedih. Ayah pun menjelaskan kalau dia hanya mempunyai satu buah celana. Itupun milik saudara nya  di kampung yang di curinya. Panitia ujian merasa kasihan dan mengizinkan ayah mengikuti test. Ayah gak mau perjuangan dia selama ini berakhir sia-sia. Dia serius mengerjakan soal ujian tersebut. Dia gak mau melihat ayahnya kecewa karena gagal menjadi mahasiswa. Setelah selesai mengerjakan soal, ayah langsung pulang karena harus bekerja. Ya baegitulah ayah, selalu di kejar waktu pekerjaan untuk bertahan hidup.
Pengumuman test pun tiba. Ayah yang saat itu sedang sakit dan seharusnya tidak bisa pergi untuk melihat pengumuman ke lokasi ujian. Tapi dia tetap memaksa untuk melihat hasilnya. Masih dengan menggunakan celana jeans itu ayah pergi menuju lokasi pengumuman. Setelah menunggu giliran, akhirnya ayah berhadapan dengan papan pengumuman. Perlahan-lahan ayah mencari namanya. Dan hasilnya, ayah lulus. Ayah senang dan menangis haru di depan papan pengumuman. Ternyata perjuangan dia selama ini gak sia-sia. Dia juga menargetkan kuliahnya berjala lancar tanpa harus mengulang beberapa tahun. Ayah lulus di bagian Ilmu Agama Islam. Tapi sayangnya ayah gak bisa memberitahukan ke ayahnya yang di kampung kalau ayah udah lulus. Maklum aja, ayah dulu gak punya hp, makan aja syukur. Ayah kuliah mendapat beasiswa selama 4tahun. Setelah melangkapi persyaratan, akhirnya ayah memulai masa nya sebagai mahasiswa. Ayah gak nyangka dengan keadaan ekonomi yang sangat miskin dia bisa sampai di bangku kuliah. *acungkan jempol*
Setelah setahun menjalani kuliah, ayah libur semester. Dia ingin sekali pulang ke kampung. Dia ingin memberitahukan kalau dia sudah menjadi mahasiswa di kota. Ayah gak sabar ingin berjumpa sama ayahnya. Setelah mengumpulkan uang yang cukup dan pas-pasan, ayah kembali pulang ke kampung. Setelah sampai di kampung, ayah yang udah gak sabar berjumpa dengan kakek, malah terkejut melihat kakek sedang sakit. Ayah yang tadinya bahagia berubah total menjadi sedih. Tapi ayah tetap memberitahukan kalau dia sudah menjadi mahasiswa. Mendengar kata itu, kakek Cuma senyum dan memberi nasehat agar kuliah yang bagus. Ayah mengangguk. Ayah pun merawat ayah selama 2 bulan di kampung. Ayah memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai pengurus mesjid dan menjaga kakek di kampung. Setelah 2 bulan libur, ayah harus kembali ke medan untuk melanjutkan kuliahnya. Tapi dia gak bisa ninggalin kakek yang masih dalam keadaan sakit. Ayah dilema antara kuliah atau menjaga kakek. Akhirnya ayah memutuskan untuk kuliah setelah mendapat izin dari kakaknya. Ayah berpesan kepada kakaknya untuk menjaga kakek. Ayah berangkat ke medan dengan perasaan sedih. Ayah sangat sayang sekali sama kakek. Makanya itu dia memilih kuliah supaya bisa banggain ayahnya. Semoga kakek bisa melihat ayah wisuda dan menjadi sarjana.
Ayah ingin ketika wisuda nanti bisa berfoto dengan kakek. Dia selalu berdoa semoga tuhan memberi kakek kesehatan dan umur yang panjang dan berkah. Setelah sampai kembali di Medan, ayah bingung tinggal dimana. Saat itu ayah udah gak diterima lagi tinggal di mesjid tempat dia tinggal sebelumnya. Ayah memutuskan tinggal bersama teman kuliahnya. Karena merasa malu, ayah menawarkan untuk biaya kost rumah mereka bagi dua. Setelah sepakat, akhirnya ayah tinggal bersama temannya. Tapi saat itu ayah berstatus pengangguran. Dia gak punya pekerjaan untuk menutupi biaya makan dan tempat tinggal. Ayah bingung mau kerja apa. Setelah melamar kerja kesana kemari, hasilnya nihil. Gak ada wadah pekerjaan yang rela menampung ayah. Memang susah nyari kerja di kota. Karena memang membutuhkan duit, akhirnya ayah rela bekerja sebagai tukang sampah. Memang dimata orang pekerjaan ini sangat hina. Hina nya karena bekerja di tempat yang jorok dan bau. Tapi dia berprinsip “AKU BEKERJA DI SAMPAH BUKAN BERARTI AKU AKAN MENJADI SAMPAH DI MASYARAKAT”. Ayah bekerja sebagai tukang sampah mulai pukul 4 sore setelah pulang kuliah sampai pukul 8 malam. Dari pukul 8 malam ayah juga bekerja sebagai penjaga wc umum sampai pukul 12 malam. Itulah yang ayah lakukan selama bertahun – tahun.
*ini ayah saat menjadi tukang sampah*
baju yang dipakek ayah sama seperti poto yang berdua sama kakek diatas

Begitulah ayah, kerjanya kuliah-tukang sampah-jaga wc- dan sisanya ngerjai tugas-tugas kuliah. Semangat ayah! Aku bangga punya ayah sepertimu. Ayah harus bisa berbagi waktu antara tugas kuliah dan pekerjaan. Hasilnya, ayah bisa! Gak terasa sebentar lagi ayah akan wisuda. Dia udah gak sabar menjumpai ayahnya ketika dia menjadi seorang sarjana. Ketika itu ayah sedang mengerjakan tugas kuliahnya, tiba-tiba mendapat kabar kalau ayahnya yang di kampung telah meninggal. Ayah terdiam beberapa saat. Lalu menjerit histeris. Ayah menangis meronta-ronta. Saat itu juga ayah langsung pulang ke kampung. Ayah meminjam uang temannya untuk ongkos pulang. Sepanjang perjalanan ayah menangis. Orang-orang di dalam bus kasihan melihat ayah yang hanya bisa menangis. Setelah sampai disana, ayah langsung berlari menuju rumahnya. Iya mengira ayahnya telah dikubur. Dan ternyata belum. Ayah masih sempat melihat jasad ayahnya. Kali ini orang yang melayat lebih ramai dibandingkan ketika mamaknya ayah meninggal. Ayah menangis melihat ayahnya terbujur kaku. Lama kelamaan ayah mulai ikhlas. Ayah menjadi imam sholat jenazah dan ayah juga yang mengangkat jenazah ke liang lahad. Setelah jasad ayahnya sudah di masukkan, ayah mengumandangkan adzan ke telinga jasad ayahnya. Ini merupakan balas budi. Karena ketika ayah lahir, kakek lah yang mengumandangkan adzan ke telinga ayah. Tapi, ayah mengumandangkannya kepada jenazah ayahnya sendiri. Sedih sekali memang.
Dia gak menyangka kalau ayah nya telah meninggal dan gak bisa melihat dia wisuda tahun depan. Ini menjadi pukulan terberat dalam hidup ayah. Dia telah menjadi yatim-piatuh. Cobaan ayah memang sangat berat. Sekarang ayah hanya bisa menghidupi dirinya sendiri. Tidak ada lagi yang harus di tanggungnya. Kakak nya sudah berkeluarga. Tinggal lah ayah hidup sendiri. Saat itu ayah masih bekerja sebagai tukang sampah. Ayah menikmati pekerjaan itu dengan ikhlas. Iya bertekad untuk membahagiakan hidupnya sendiri. Semangat ayah!
*ayah di kuburan kakek*


*Wisuda Sarjana*
Gak terasa akhirnya ayah tamat di bangku perkuliahan. Masih dengan status pekerja sebagai tukang sampah, ayah mendapat gelar sarjana. Hebat! Seorang tukang sampah adalah juga seorang sarjana. Kini nama ayah berubah dari Dahman Harahap menjadi Drs. Dahman Harahap S.Ag. sungguh hal yang luar biasa dan gak disangka ayah. Tetapi dia juga  gak menyangka kalau ayah nya telah meninggal dan gak bisa melihat dia wisuda. Ketika itu Cuma saudara dan teman-temannya yang datang di acara wisuda ayah. Sangkin bangga nya, ayah pulang kampung dengan memakai pakaian wisuda. Dia ingin membuktikan bahwa orang yang selama ini mereka hina telah menjadi sarjana. Dan akhirnya, banyak yang salut sama ayah. Sahabat-sahabatnya di kampung memberi ucapan selamat. Ayah juga gak lupa untuk berjiarah ke makam ayahnya. Sekarang, kakek Cuma bisa melihat ayah menjadi seorang sarjana dari alam yang berbeda.
*ayah wisuda S1*
*sweet moment*
Setelah menjadi sarjana, ayah ingin mencari pasangan hidup. Ayah yang tetap menjadi seorang tukang sampah ternyata merasa minder untuk mempunyai pasangan. Dia berpikir, “mana ada yang mau sama tukang sampah seperti aku”. Akhirnya ayah fokus ke pekerjaannya sebagai tukang sampah. Suatu ketika ayah sedang bekerja membersihkan sampah di pasar, ayah melihat seorang gadis sedang berbelanja sangat cantik. Karena ayah normal, ya ayah langsung berkenalan. Ciee ayah romantis kali. Dia kenalan sama cewek sambil memakai pakaian yang bau dan jorok. Sungguh hebat dan salut! *acungkan 10 jempol*. Ternyata gadis itu gak sombong. Akhirnya mereka berkenalan. Mereke juga tukaran facebook, twitter, dan pin BB bersepakat untuk berteman. Setelah mengenal lebih dalam tentang gadis itu, ternyata gadis itu seorang Pegawai Negeri Sipil  (PNS) dan mengajar sebagai guru di Sekolah Menengah Pertama. Namanya Irma (Mamak aku sekarang dan selamanya) . Ayah yang ternyata sudah ingin melamar mamak menjadi minder karena statusnya sebagai tukang sampah. Tapi karena ayah adalah seorang yang gagah berani, dia nekad melamar mamak. Dia mendatangi kedua orang tuanya. Setelah memberi penjelasan mengenai statusnya, ayah di tolak mentah-mentah oleh keluarga mamak. Ayah kaget, dan langsung pamit meninggalkan kedua orang tua mamak. Melihat kejadian itu, mamak menangis dan langsung mengejar ayah. Waaahh seperti di FTV aja ini ceritanya ya hehehe. Mereka berdua sempat bersepakat untuk kawin lari sebelum akhirnya ayah di terima kedua orang tua mamak. Aku gak tahu kenapa tiba-tiba orang tuanya mamak nerima ayah. Ayah juga gak cerita sampek sekarang kenapa hal itu terjadi haha.
*ayah dan mamak*

 *Hidup berkeluarga*
Pada februari 1993 akhirnya ayah dan mamak menikah. Atau bisa dibilang tukang sampah menikah dengan seorang Pegawai Negeri. Tapi saat itu banyak yang gak tahu status ayah sebagai tukang sampah. Yasudahlah, yang penting ayah dan mamak sekarang sudah sah menjadi suami-istri dan semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Dan semoga mempunyai anak yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik dan soleh/solehah. Amin ya allah.
akhirnya mamak hamil. Ayah sangat senang mendengarnya. Setelah di cek ke dokter, ternyaya anak yang di kandung mamak itu laki-laki. Pasti orangnya ganteng. *uhuk*.  Ayah harus menunggu 9 bulan untuk kelahiran putra pertama mereka. Mamak yang saat itu sedang hamil berniat hatam qur’an selama 9 bulan. Sementara ayah selalu membaca surat yusuf setiap hari. Kata orang, kalau membaca surat yusuf sambil menunggu kelahiran putra nya, maka anak itu akan tampan seperti nabi yusuf. Katanya!

*Kelahiran Putra pertama ayah*
25 Maret 1994. Tibalah saatnya menunggu kelahiran putra mereka. Saat itu mamak merasa kesakitan dibagian perutnya. Bayi yang di dalamnya seperti ingin keluar. Seluruh anggota keluarga segera membawa mamak kerumah sakit. Setelah sampai, mamak langsung dimasukkan keruangan untuk proses kelahiran. Ayah menunggu di luar dengan rasa cemas. Ayah mendengar suara mamak yang menjerit kesakitan. Ayah sedih melihat mamak yang sedang mempertaruhkan nyawanya demi putra mereka. Tiba-tiba ayah terkejut mendengar suara bayi yang menangis dari dalam ruangan. Saat itu juga dokter keluar dan berkata “Selamat pak, anak bapak laki-laki lahir dengan selamat dan normal”. Ayah menjerit histeris kesenangan. Ayah seperti orang gila dirumah sakit itu. Dia bangga dengan kelahiran putra pertamanya. Ayah lalu memasuki ruangan dan melihat putranya. Ganteng ya pak anaknya, cetus suster yang ada di sampingnya. Ayah Cuma bisa ngangguk dan senyum haru. Akhirnya anak itu pun langsung diberi nama Reza Kahar Fahlevi Harahap. Nama Reza Fahlevi adalah nama seorang pejuang dari negeri Iraq. Dan Kahar adalah nama Adiknya kakek. Resmi lah nama anak tersebut. Banyak yang mengatakan kalau si Reza itu ganteng mirp orang Belgia. Dan banyak yang bilang kalau Reza itu anak yang tertukar di rumah sakit. Soalnya wajahnya gak mirip dengan ayah ataupun mamaknya. Tapi, dia tetap anak kandung dari Dahman dan Irma. Titik.
*putra pertama ayah yang paling ganteng*

*PNS (Perubahan Nasib SiAyah)*
Ayahpun meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang sampah dan memilih berwirausaha dengan berjualan bakso dan jus. Dia gak mau melihat anaknya yang ganteng mempunyai ayah seorang tukang sampah. Itu alasan utama. Setelah berjualan selama 2 tahun, ayah pun melamar sebagai guru honor di sebuah sekolah dasar. Dan hasilnya, diterima. Ayah juga sempat melamar jadi PNS. Tapi ketika itu ayah gagal. Ayah tetap berusaha dan menunggu nya tahun depan. Ketika pendaftaran CPNS untuk tahun kedua, ayah juga gagal. Tahun ketiga, gagal juga. Dan akhirnya rezeki ayah ada di tahun keempat. Ayah lulus sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan bersih tanpa sogokan. Disini lah rezeki ayah mulai terbuka lebar. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual bakso. Dia fokus sebagai guru. Kini dia ditetapkan di sekolah dasar sebagai guru tetap. Bukan honor lagi. Alhamdulillah.
Ayah yang mempunyai cita-cita tinggi di dunia pendidikan, akhirnya melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. S2. Ayah dengan serius melaksanakan tugas-tugas kuliah yang sangat banyak. Dengan bantuan mamak tentunya. Sebelumnya mamak sudah tamat S2 terlebih dahulu dibanding ayah. Akhirnya ayah pun tamat. Dan kembali wisuda untuk yang kedua kalinya.
*ayah wisuda S2*

Kini nama ayah kembali berganti menjadi Drs. Dahman Harahap M.Ag. kini ayah dan mamak ku sudah sama-sama medapat gelar Magister. Mamak ku Dra. Irma Deliati M.Pd. ayah yang dulunya seorang tukang sampah ternyata sudah menjadi seorang sarjana. Ayah dan mamak juga sudah mampu merenovasi rumah, dan membeli mobil. Melihat keadaan seperti ini, banyak saudara-saudara yang dulu nya membenci ayah karena miskin, mendadak sok kenal. Mamak heran tiba-tiba ayah udah mempunyai banyak keluarga di Medan ini. Padahal ayah dulu pernah cerita sama mamak kalau ayah gak punya keluarga di medan. Tapi ayah orangnya tidak pendendam. Ayah sering menjemput saudara yang datang dari kampun untuk datang kerumah. Ayah juga menolong saudara yang gak mampu di kampung sana untuk bersekolah di Medan. Terbukti, sudah 4 orang menjadi sarjana di biayai ayah selama tinggal di rumah kami.
Sekarang ayah dan mamak sudah sertifikasi. Mereka sudah bisa membeli mobil sendiri. Banyak yang gak nyangka kehidupan ayah berubah sekali. Aku yakin ini berkat usaha dan kerja keras ayah. Ayah juga sering mengunjungi saudara-saudaranya di kampung. Kalau pas lebaran, ayah selalu memberi sedekah kepada saudara-saudaranya yang kurang mampu. Ayah juga udah bisa memperbaiki makam kedua orang tuanya. Memang ayah sangat luar biasa!
Kini Ayah mempunyai 4 orang anak. 2 pria dan 2 wanita. Kami hidup ber enam. Ayah lah yang menjadi kepala keluarga. Dan aku sebagai anak pertama yang harus membimbing adik-adik ku. Aku sebagai anak pertama juga bertekad suatu saat akan menambahkan gelar H dan Hj di depan nama kedua orang tua ku. Semoga saja. Amin!

*Harahap's Family*


                Banyak kesimpualan yang dapat saya ambil dari kisah ini.
1.       Pendidikan adalah nomor satu.
2.       Kemauan adalah cara untuk merubah nasib seseorang.
3.       Gak perlu minder. Karena minder adalah perbuatan yang hanya membuang-buang nafas.
4.       Tuhan akan merubah nasib seseorang jika seseorang itu mau berusaha.
5.       Celaan, cacian, dan makian itu adalah batu loncatan seseorang untuk menuju kesuksesan.


Semoga kisah ayah ku ini menjadi pelajaran bagi semua orang. Ingat, gak ada orang yang
bisa sukses tanpa berusaha. Keberhasilan itu akan datang apabila kemauan itu diiringi doa dan usaha. SEMOGA CERITA INI DIANGKAT MENJADI SEBUAH FILM

SEKIAN



You May Also Like

1 comments

  1. Ini kisah nyata?!! Beruntung sekali anda, ayah anda brkerja keras. Sedangkan ayah saya yang kerjanya serabutan kadang kerja kadang nggak juga males"an, lain dengan ibu saya yang kerja dari pagi hingga malam untuk membiayai hidup. Saya kini duduk dibangku kelas 2 sma. Dan hal ini selalu membuat saya tak ingin mencontoh ayah saya!!! Saya sungguh terinspirasi dengan perjuangan ayah anda, saya berharap dapat mengikuti jejak kesuksesan ayah anda.

    ReplyDelete