Ayahku dan Perjuangan Hidupnya
Drs. Dahman Hrp M.Ag dan Dra.
Irma Deliati M.Pd adalah orang yang sangat berjasa dalam kelahiran saya ke
dunia. Aku bersyukur tuhan mempertemukan mereka 19 tahun silam. berkat
pertemuan itu aku sampai sekarang masih bisa bernafas dengan lancar tanpa bantuan
alat pernafasan. Sebagai orang medan berdarah batak, aku memanggil mereka
dengan sebutan ayah dan mamak.
Untuk kali ini aku ingin
menceritakan tentang kisah ayah ku yang penuh dengan cobaan hidup. Langsung
saja!
#np: Koes Plus – Ayah
Drs. Dahman Hrp M.Ag (ayah)
7 Februari 1966 ayah lahir
di Tapanuli Selatan desa Binanga. Dengan keadaan ekonomi yang bisa dibilang
sangat serba kekurangan, ayah mencoba bertahan hidup. Memang, kalau
menceritakan kisah ayah ini perlu untuk menahan air mata. Ayah adalah anak
bungsu dari 2 orang bersaudara. Dia mempunyai seorang kakak. Aku memanggilnya,
bou (sebutan untuk kakak ayah bagi orang batak). Jarak usia mereka sangat jauh,
13 tahun. Mereka berdua tinggal bersama kedua orang tuanya. Hidup mereka ber
empat itu antara makan dan gak makan. Ya, faktor ekonomi lah penyebabnya. Opung
ku (sebutan kakek/nenek bagi orang batak) adalah pengangguran. Karena sering
sakit-sakitan, iya tidak mampu bekerja dengan maksimal. Karena kehidupan mereka
yang miskin, keluarga mereka tidak dianggap oleh saudara-saudara lainnya.
Banyak yang benci dengan keluarga ini karena miskinnya. Ini terbukti ketika
ayah berusia 2 tahun. Ketika itu, mamaknya ayah meninggal dunia karena sakit.
Tetapi, satupun dari keluarga ayah enggak ada yang melayat. Ya, Cuma ayah, bou,
dan opung laki-laki lah yang ada di hadapan jenazah. Bisa bayangin gak, betapa
sakit nya gak dianggap oleh saudara-saudaranya.
Ayah saat berusia 2 tahun sudah
menjadi anak piatuh. Hidup tanpa seorang ibu yang melahirkannya. Ayah pun tinggal
dengan kakek dan kakaknya. 4 tahun kemudian, Ayah meninggalkan masa balitanya.
Tepat berusia 6 tahun, ayah memasuki bangku sekolah dasar. Bagi ayah, sekolah
adalah harapan yang paling utama. Dia gak perduli kondisi ekonomi keluarganya
yang serba kekurangan. Maka dari itu untuk menambahi biaya sekolahnya, ayah
menjual es batangan di sekolah. Dengan hasil penjualan itu lah dia bisa
membiayai sekolah nya saja. Kalau urusan makan, itu Cuma nasib-nasiban. Kalau
uang cukup, ya makan. Kalau enggak, ya 3 hari pun bisa gak makan. Ayah di sekolah nya Cuma mendapat ejekan dari
teman-temannya. Tapi ayah orang nya penyabar. Aku salut punya ayah seoarang
penyabar. Justru dia menjadikan ejekan itu sebagai motivasi. Alhasil, ayah selalu
mendapat juara di kelasnya.
Ayah pun tamat dari Sekolah
Dasar. Dia berharap bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah
Pertama. Setelah pengumuman kelulusan, ayah kembali kerumahnya. Dia langsung
meminta izin kepada ayahnya. Tapi apa daya, ayahnya gak memberi izin karena ketiadaan
biaya. Karena kemauan yang kuat untuk sekolah, ayah rela kembali berjualan es
batangan di sekolah maupun ketika pulang sekolah. Ternyata cacian dan ejekan
itu tetap berlanjut. Lagi-lagi ayah tidak perduli. Karena dia berpikir apa yang
dia kerjakan itu adalah semata mata untuk sekolah. Sekedar tambahan, selama 3
tahun duduk di bangku SMP, ayah hanya memiliki sepasang baju sekolah. Karena
keterbatasan ekonomi, ayah rela bertahan mempunyai sepasang baju seragam,
begitu juga ketika sekolah dasar, ayah selama 6 tahun Cuma memiliki sepasang
baju. Kasihan ayah :’(
Hidup keluarga ayah tambah
parah. Keadaan ini membuat kakek stress. Dia dianggap gila oleh
saudara-saudaranya. Hal ini terbukti ketika itu ayah ingin mandi di sungai.
Setelah sampai di sungai, ayah melihat kakek sedang mengumpulkan air sungai ke
dalam botol. Lalu kakek menjualkan air sungai itu kepada anak-anak dan
mengatakan bahwa air yang didalam nya itu adalah teh manis. Kejadian itu
membuat anak-anak yang ada di sungai menertawakannya dan mengejek-ngejek kakek
dengan sebutan orang gila. Saat itu ayah menangis di pinggir sungai sambil
melihat ayahnya di ejek-ejek oleh anak-anak. Dia sedih dengan keadaan
keluarganya. Lalu ayah mendatangi kakek dan mengajak nya pulang. Ternyata, ayah
juga diejek oleh anak-anak itu. Tapi ayah sabar. Sambil meneteskan air mata,
ayah menggandeng kakek pulang kerumah. Setelah sampai di rumah, ayah menangis
meronta-ronta. Kakek Cuma bisa senyum melihat ayah yang sedang nangis. Mungkin
kakek mengerti mengapa ayah menangis seperti itu.
Kehidupan yang seperti ini terus
berlanjut hingga ayah duduk di bangku SMA. Lagi-lagi ayah meminta izin kepada
ayahnya untuk merantau ke kota Sidempuan untuk menuntut ilmu. Melihat kemauan
ayah yang kuat, akhirnya kakek mengizinkannya untuk berangkat. Sehari sebelum
berangkat, kakek ternyata memiliki uang simpanan. Ketika itu jumlahnya 10
perak. Itu sekitar seribu perak saat ini. Ayah pun berangkat meninggalkan kakek
yang keadaannya sedang sakit. Dia menyalam tangan kakek sambil menangis. Dia
harus rela meninggalkan ayahnya demi menuntut ilmu. Akhirnya ayah pun
berangkat. Dengan menggunakan kaos yang kusam, celana pendek, dan sendal jepit,
dia berjalan menuju terminal bus. Didalam bus, ayah harus rela duduk di lantai
bus karena saat itu ayah hanya mempunyai uang 10 perak. Setelah sampai di
Sidempuan, ayah buta arah dan tujuan. Dia gak tahu harus tinggal dimana.
Sementara, ketika itu hari sudah malam. Ayah pun berjalan kaki mencari tempat
untuk istirahat. Dengan rasa haus dan lapar, ayah terus berjalan di kegelapan
malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Bayangin aja, sampai pukul segitu
ayah masih berjalan mencari tempat istirahat. Tiba-tiba ayah melihat sebuah
gudang kayu. Tempatnya gelap, bau, dan banyak nyamuknya. Karena sudah terlalu
lelah, ayah pun terpaksa harus tidur diatas tumpukan kayu. Bisa ku bayangkan,
ayah dengan keadaan lapar, badan yang jorok karena belum mandi, pasti itu
membuat santapan yang lezat bagi nyamuk. Di malam yang gelap dan cuaca yang
dingin, dan beratapkan langit, ayah tidur lelap. Kasihan sekali ayah!
Pagi pun tiba. Saat itu orang yang mempunyai gudang itu terkejut
melihat ayah yang dalam keadaan tertidur. Lalu orang itu membangunkan ayah.
Ayah pun langsung bangun. Lalu ayah meminta maaf kepada pemilik gudang karena
telah tidur disitu. Ayah pun mejelaskan semuanya. Dia mengatakan kalau dia
berasal dari Tapanuli Selatan dan merantau ke Sidempuan untuk sekolah dan
bekerja. Dia juga menjelaskan kalau ketika itu dia tidak punya tempat untuk
beristirahat. Ternyata si pemilik gudang itu merasa kasihan melihat keadaan
ayah yang sangat lemas. Si pemilik gudang pun mengajak ayah kerumahnya untuk
sarapan pagi. Ayah senang mendengar ajakan orang tersebut. Akhirnya ayah pun
bisa makan makanan yang enak. Ternyata si pemilik gudang itu orang kaya. Dia
mempunyai panglong yang besar. Ketika sedang menikmati makanan, ayah teringat
kakek di kampung. Ayah bertanya didalam hati, “ayahku di kampung lagi makan
atau tidak ya?”. Saat itu juga ayah meneteskan air matanya. Itu membuat si pemilik
gudang bertanya, “kenapa kau menangis?”. Ayah pun menjelaskan keadaan
keluarganya di kampung yang hidupnya antara makan dan tidak makan. Si pemilik
gudang kasihan melihat ayah. Dia pun langsung mengajak ayah untuk bekerja di
panglong miliknya dan tinggal bersamanya tanpa membayar uang sewa. Perasaan
ayah senang bercampur sedih. Senangnya, ayah tinggal di rumah yang cantik tanpa
harus membayar sewa. Dan sedihnya, dia harus rela melihat ayah nya yang tinggal
di gubuk yang kumuh.
Ayah pun duduk di bangku SMA. Dia tetap bekerja keras untuk membiayai
sekolahnya. Setelah pulang sekolah ayah bekerja sebagai kuli di panglong itu.
Malamnya ayah mengajar ngaji di mesjid. Itulah berulang-ulang dilakukan ayah
selama 3 tahun. Pernah suatu ketika ayah tertimpa masalah. Sepulang mengajar
ngaji, ayah dihadang oleh dua orang yang tidak di kenal. Ayah terkejut. Belum
sempat melarikan diri, kedua orang itu langsung memukulkan kayu besar ke badan
ayah. Ayah menjerit kesakitan dan menangis. Kedua orang itu ternyata tidak senang
melihat ayah karena orang susah dan merantau di kota mereka. Kasihan ayah,
kehadirannya ternyata bukan hanya membuat keluarganya membencinya, tetapi
orang-orang disekitarnya juga ikut membencinya. “Apa salah ayah ku ya Allah?”.
Ayah kembali pulang dengan keadaan sakit. Si pemilik gudang terkejut
melihat kondisi ayah, dia langsung memberikan pertolongan pertama. Setelah
kejadian itu, ayah trauma. Tapi dia tetap harus bekerja demi sekolahnya. Salut
buat ayah!
3 tahun berlalu, ayah pun tamat dari bangku SMA. Dia pamit kepada
pemilik gudang untuk kembali ke kampung halamannya. Ayah kembali pulang ke
kampung menggunakan pakaian yang sama seperti dia berangkat dari kampung. Masih
dengan kaos yang kusam, celana pendek dan sendal jepit. Melihat penampilan ayah,
si pemilik gudang memberikannya sebuah kaos yang layak pakai. Ayah pun
menerimanya. Tapi, kaos itu hanya di simpan di dalam tas nya. Ayah pun kembali
ke kampung. Setelah sampai di kampung, ayah langsung menyalam kakek dan
memeluknya. Ternyata kondisi kakek waktu itu masih sakit. Saat itu juga, ayah
langsung meminta izin untuk melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Kakek
langsung menangis. Ayah pun terkejut melihat kakek yang tiba-tiba menangis.
Ayah bertanya, “kenapa ayah nangis?”. Kakek menjawab, “jangan tinggalkan ayah
lagi, ayah gak tahan di ejekin terus sama saudara-saudara kita. Kawani ayah
disini. Ayah takut”. Ayah pun langsung menangis juga. Akhirnya mereka berdua
pun menangis bersama. Tapi kemauan ayah untuk kuliah tidak bisa dihentikan begitu
saja. Ayah pun terus membujuk kakek untuk tetap sabar dan tawakkal menghadapi
cobaan hidup ini. Akhirnya ayah mendapat restu untuk kuliah di Medan. Tanpa
bermodalkan uang sepeser pun, ayah berangkat ke Medan. Sebelum berangkat, ayah
nekat mencuri celana saudaranya. Ternyata celana itulah digunakan ayah untuk
kuliah nanti. Setelah sampai di terminal bus, ayah langsung menjumpai supir bus
itu. Ayah berkata, “bang, kasihani aku. Aku mau ke Medan tapi gak punya duit”.
Supir yang sangat kasihan melihat penampilan ayah, langsung mengangguk dan
memberikan ongkos gratis kepada ayah. Ternyata hidup ayah itu penuh belas
kasihan dan kebencian dari orang lain.
*ayah dan kakek* |
*Hidup di Medan*
Ayah menginjakkan kaki nya di kota Medan dengan selamat. Dia kaget
melihat suasana kota yang begitu ramai dan padat. Berbeda jauh dengan kampung
halamannya. Melihat situasi seperti ini ayah bingung mau tinggal dimana. Dia
gak punya saudara dan teman di sini. Lagi-lagi dia buta arah dan tujuan. Karena
sudah terlalu lelah, ayah langsung menuju mesjid yang dekat dengan stasiun
untuk Ishoma (Istirahat Sholat Makan). Selesai sholat dzuhur,
ayah istirahat. Dia gak makan siang karena gak punya duit. Ayah terpaksa tidur
dengan keadaan lapar. Mungkin karena sudah terbiasa hidup kelaparan, hal itu
gak jadi masalah sama ayah. Tapi... tetap kasihan! Ayah tidur di teras mesjid
dengan ber-bantalkan tas yang berisi ijazah, raport, dan pakaian seadanya.
Tiba-tiba ayah dibangunkan oleh pengurus mesjid karena waktu sholat ashar sudah
tiba. Ayah bergegas bangun dan mengambil air wudhu. Selesai wudhu, dia memasuki
mesjid. Dia gak mendengar suara adzan. Ayah berinisiatif untuk adzan. Suara
ayah memang merdu kalau adzan maupun membaca ayat al-qur’an. Selesai sholat,
ayah kembali beristirahat di teras mesjid. Masih dengan keadaan lapar tentunya.
Sampai maghrib ayah tetap berada di mesjid itu. Wajar aja, ayah memang buta
arah di medan ini. Melihat ayah yang satu harian penuh di mesjid membuat
pengurus mesjid heran. Pengurus mesjid itu pun bertanya kepada ayah. Setelah mengetahui
semua jawaban ayah, akhirnya ayah diberikan izin tinggal di mesjid sebagai
pengurus. Ayah mengajar ngaji, adzan, membersihkan mesjid dan pekarangannya.
Ayah senang bisa tinggal disitu.
Sebulan kemudian, ayah mendengar bahwa tes untuk masuk perguruan tinggi
telah di buka. Ayah sangat bersemangat mendengar berita ini. Dia bergegas
mencari informasi mengenai berita tersebut. Ternyata benar, seleksi telah
dibuka. Ayah nekad mengambil beasiswa di IAIN (Institut Agama Islam Negeri).
Yaah namanya juga orang miskin, mana bisa bayar kuliah mahal-mahal. Dalam hati
ayah, kalau gak lulus ya gak kuliah. Kalau lulus, ya kuliah bagus-bagus. Ayah
langsung melengkapi perlengkapan yang ditetapkan. Baik itu ijazah, raport, dan
peralatan ujian lainnya.
Seminggu kemudian tes dimulai. ayah yang hanya mempunyai celana jeans
hasil curian yang dicurinya di kampung ternyata dilarang mengikuti ujian karena
menggunakan celana jeans. Ayah sedih. Ayah pun menjelaskan kalau dia hanya
mempunyai satu buah celana. Itupun milik saudara nya di kampung yang di curinya. Panitia ujian
merasa kasihan dan mengizinkan ayah mengikuti test. Ayah gak mau perjuangan dia
selama ini berakhir sia-sia. Dia serius mengerjakan soal ujian tersebut. Dia
gak mau melihat ayahnya kecewa karena gagal menjadi mahasiswa. Setelah selesai
mengerjakan soal, ayah langsung pulang karena harus bekerja. Ya baegitulah
ayah, selalu di kejar waktu pekerjaan untuk bertahan hidup.
Pengumuman test pun tiba. Ayah yang saat itu sedang sakit dan
seharusnya tidak bisa pergi untuk melihat pengumuman ke lokasi ujian. Tapi dia
tetap memaksa untuk melihat hasilnya. Masih dengan menggunakan celana jeans itu
ayah pergi menuju lokasi pengumuman. Setelah menunggu giliran, akhirnya ayah
berhadapan dengan papan pengumuman. Perlahan-lahan ayah mencari namanya. Dan
hasilnya, ayah lulus. Ayah senang dan menangis haru di depan papan pengumuman.
Ternyata perjuangan dia selama ini gak sia-sia. Dia juga menargetkan kuliahnya
berjala lancar tanpa harus mengulang beberapa tahun. Ayah lulus di bagian Ilmu
Agama Islam. Tapi sayangnya ayah gak bisa memberitahukan ke ayahnya yang di
kampung kalau ayah udah lulus. Maklum aja, ayah dulu gak punya hp, makan aja
syukur. Ayah kuliah mendapat beasiswa selama 4tahun. Setelah melangkapi
persyaratan, akhirnya ayah memulai masa nya sebagai mahasiswa. Ayah gak nyangka
dengan keadaan ekonomi yang sangat miskin dia bisa sampai di bangku kuliah.
*acungkan jempol*
Setelah setahun menjalani kuliah, ayah libur semester. Dia ingin sekali
pulang ke kampung. Dia ingin memberitahukan kalau dia sudah menjadi mahasiswa
di kota. Ayah gak sabar ingin berjumpa sama ayahnya. Setelah mengumpulkan uang
yang cukup dan pas-pasan, ayah kembali pulang ke kampung. Setelah sampai di
kampung, ayah yang udah gak sabar berjumpa dengan kakek, malah terkejut melihat
kakek sedang sakit. Ayah yang tadinya bahagia berubah total menjadi sedih. Tapi
ayah tetap memberitahukan kalau dia sudah menjadi mahasiswa. Mendengar kata
itu, kakek Cuma senyum dan memberi nasehat agar kuliah yang bagus. Ayah mengangguk.
Ayah pun merawat ayah selama 2 bulan di kampung. Ayah memutuskan untuk berhenti
bekerja sebagai pengurus mesjid dan menjaga kakek di kampung. Setelah 2 bulan
libur, ayah harus kembali ke medan untuk melanjutkan kuliahnya. Tapi dia gak
bisa ninggalin kakek yang masih dalam keadaan sakit. Ayah dilema antara kuliah
atau menjaga kakek. Akhirnya ayah memutuskan untuk kuliah setelah mendapat izin
dari kakaknya. Ayah berpesan kepada kakaknya untuk menjaga kakek. Ayah
berangkat ke medan dengan perasaan sedih. Ayah sangat sayang sekali sama kakek.
Makanya itu dia memilih kuliah supaya bisa banggain ayahnya. Semoga kakek bisa
melihat ayah wisuda dan menjadi sarjana.
Ayah ingin ketika wisuda nanti bisa berfoto dengan kakek. Dia selalu
berdoa semoga tuhan memberi kakek kesehatan dan umur yang panjang dan berkah.
Setelah sampai kembali di Medan, ayah bingung tinggal dimana. Saat itu ayah
udah gak diterima lagi tinggal di mesjid tempat dia tinggal sebelumnya. Ayah
memutuskan tinggal bersama teman kuliahnya. Karena merasa malu, ayah menawarkan
untuk biaya kost rumah mereka bagi dua. Setelah sepakat, akhirnya ayah tinggal
bersama temannya. Tapi saat itu ayah berstatus pengangguran. Dia gak punya
pekerjaan untuk menutupi biaya makan dan tempat tinggal. Ayah bingung mau kerja
apa. Setelah melamar kerja kesana kemari, hasilnya nihil. Gak ada wadah
pekerjaan yang rela menampung ayah. Memang susah nyari kerja di kota. Karena
memang membutuhkan duit, akhirnya ayah rela bekerja sebagai tukang sampah.
Memang dimata orang pekerjaan ini sangat hina. Hina nya karena bekerja di
tempat yang jorok dan bau. Tapi dia berprinsip “AKU BEKERJA DI SAMPAH BUKAN
BERARTI AKU AKAN MENJADI SAMPAH DI MASYARAKAT”. Ayah bekerja sebagai tukang
sampah mulai pukul 4 sore setelah pulang kuliah sampai pukul 8 malam. Dari
pukul 8 malam ayah juga bekerja sebagai penjaga wc umum sampai pukul 12 malam.
Itulah yang ayah lakukan selama bertahun – tahun.
![]() |
*ini ayah saat menjadi tukang sampah* baju yang dipakek ayah sama seperti poto yang berdua sama kakek diatas |
Begitulah ayah, kerjanya kuliah-tukang sampah-jaga wc- dan sisanya
ngerjai tugas-tugas kuliah. Semangat ayah! Aku bangga punya ayah sepertimu.
Ayah harus bisa berbagi waktu antara tugas kuliah dan pekerjaan. Hasilnya, ayah
bisa! Gak terasa sebentar lagi ayah akan wisuda. Dia udah gak sabar menjumpai
ayahnya ketika dia menjadi seorang sarjana. Ketika itu ayah sedang mengerjakan
tugas kuliahnya, tiba-tiba mendapat kabar kalau ayahnya yang di kampung telah
meninggal. Ayah terdiam beberapa saat. Lalu menjerit histeris. Ayah menangis
meronta-ronta. Saat itu juga ayah langsung pulang ke kampung. Ayah meminjam
uang temannya untuk ongkos pulang. Sepanjang perjalanan ayah menangis.
Orang-orang di dalam bus kasihan melihat ayah yang hanya bisa menangis. Setelah
sampai disana, ayah langsung berlari menuju rumahnya. Iya mengira ayahnya telah
dikubur. Dan ternyata belum. Ayah masih sempat melihat jasad ayahnya. Kali ini
orang yang melayat lebih ramai dibandingkan ketika mamaknya ayah meninggal.
Ayah menangis melihat ayahnya terbujur kaku. Lama kelamaan ayah mulai ikhlas.
Ayah menjadi imam sholat jenazah dan ayah juga yang mengangkat jenazah ke liang
lahad. Setelah jasad ayahnya sudah di masukkan, ayah mengumandangkan adzan ke
telinga jasad ayahnya. Ini merupakan balas budi. Karena ketika ayah lahir,
kakek lah yang mengumandangkan adzan ke telinga ayah. Tapi, ayah mengumandangkannya
kepada jenazah ayahnya sendiri. Sedih sekali memang.
Dia gak menyangka kalau ayah nya telah meninggal dan gak bisa melihat
dia wisuda tahun depan. Ini menjadi pukulan terberat dalam hidup ayah. Dia
telah menjadi yatim-piatuh. Cobaan ayah memang sangat berat. Sekarang ayah
hanya bisa menghidupi dirinya sendiri. Tidak ada lagi yang harus di
tanggungnya. Kakak nya sudah berkeluarga. Tinggal lah ayah hidup sendiri. Saat
itu ayah masih bekerja sebagai tukang sampah. Ayah menikmati pekerjaan itu dengan
ikhlas. Iya bertekad untuk membahagiakan hidupnya sendiri. Semangat ayah!
![]() |
*ayah di kuburan kakek* |
*Wisuda Sarjana*
Gak terasa akhirnya ayah tamat di bangku perkuliahan. Masih dengan
status pekerja sebagai tukang sampah, ayah mendapat gelar sarjana. Hebat!
Seorang tukang sampah adalah juga seorang sarjana. Kini nama ayah berubah dari Dahman Harahap menjadi Drs. Dahman Harahap S.Ag. sungguh hal
yang luar biasa dan gak disangka ayah. Tetapi dia juga gak menyangka kalau ayah nya telah meninggal
dan gak bisa melihat dia wisuda. Ketika itu Cuma saudara dan teman-temannya
yang datang di acara wisuda ayah. Sangkin bangga nya, ayah pulang kampung
dengan memakai pakaian wisuda. Dia ingin membuktikan bahwa orang yang selama
ini mereka hina telah menjadi sarjana. Dan akhirnya, banyak yang salut sama
ayah. Sahabat-sahabatnya di kampung memberi ucapan selamat. Ayah juga gak lupa
untuk berjiarah ke makam ayahnya. Sekarang, kakek Cuma bisa melihat ayah
menjadi seorang sarjana dari alam yang berbeda.
![]() |
*ayah wisuda S1* |
*sweet moment*
Setelah menjadi sarjana, ayah ingin mencari pasangan hidup. Ayah yang
tetap menjadi seorang tukang sampah ternyata merasa minder untuk mempunyai
pasangan. Dia berpikir, “mana ada yang mau sama tukang sampah seperti aku”.
Akhirnya ayah fokus ke pekerjaannya sebagai tukang sampah. Suatu ketika ayah
sedang bekerja membersihkan sampah di pasar, ayah melihat seorang gadis sedang
berbelanja sangat cantik. Karena ayah normal, ya ayah langsung berkenalan. Ciee
ayah romantis kali. Dia kenalan sama cewek sambil memakai pakaian yang bau dan jorok.
Sungguh hebat dan salut! *acungkan 10 jempol*. Ternyata gadis itu gak sombong.
Akhirnya mereka berkenalan. Mereke juga tukaran facebook, twitter, dan pin
BB bersepakat untuk berteman. Setelah mengenal lebih dalam tentang gadis
itu, ternyata gadis itu seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan mengajar sebagai guru di Sekolah
Menengah Pertama. Namanya Irma (Mamak aku sekarang dan selamanya) . Ayah yang
ternyata sudah ingin melamar mamak menjadi minder karena statusnya sebagai
tukang sampah. Tapi karena ayah adalah seorang yang gagah berani, dia nekad
melamar mamak. Dia mendatangi kedua orang tuanya. Setelah memberi penjelasan
mengenai statusnya, ayah di tolak mentah-mentah oleh keluarga mamak. Ayah
kaget, dan langsung pamit meninggalkan kedua orang tua mamak. Melihat kejadian
itu, mamak menangis dan langsung mengejar ayah. Waaahh seperti di FTV aja ini
ceritanya ya hehehe. Mereka berdua sempat bersepakat untuk kawin lari sebelum
akhirnya ayah di terima kedua orang tua mamak. Aku gak tahu kenapa tiba-tiba orang
tuanya mamak nerima ayah. Ayah juga gak cerita sampek sekarang kenapa hal itu
terjadi haha.
![]() |
*ayah dan mamak* |
Pada februari 1993 akhirnya ayah dan mamak menikah. Atau bisa dibilang
tukang sampah menikah dengan seorang Pegawai Negeri. Tapi saat itu banyak yang
gak tahu status ayah sebagai tukang sampah. Yasudahlah, yang penting ayah dan
mamak sekarang sudah sah menjadi suami-istri dan semoga menjadi keluarga
sakinah mawaddah warahmah. Dan semoga mempunyai anak yang ganteng-ganteng dan
cantik-cantik dan soleh/solehah. Amin ya allah.
akhirnya mamak hamil. Ayah sangat senang mendengarnya. Setelah di cek
ke dokter, ternyaya anak yang di kandung mamak itu laki-laki. Pasti orangnya
ganteng. *uhuk*. Ayah harus menunggu 9
bulan untuk kelahiran putra pertama mereka. Mamak yang saat itu sedang hamil
berniat hatam qur’an selama 9 bulan. Sementara ayah selalu membaca surat yusuf
setiap hari. Kata orang, kalau membaca surat yusuf sambil menunggu kelahiran
putra nya, maka anak itu akan tampan seperti nabi yusuf. Katanya!
*Kelahiran Putra pertama
ayah*
25 Maret 1994. Tibalah saatnya menunggu kelahiran putra mereka. Saat
itu mamak merasa kesakitan dibagian perutnya. Bayi yang di dalamnya seperti
ingin keluar. Seluruh anggota keluarga segera membawa mamak kerumah sakit.
Setelah sampai, mamak langsung dimasukkan keruangan untuk proses kelahiran.
Ayah menunggu di luar dengan rasa cemas. Ayah mendengar suara mamak yang
menjerit kesakitan. Ayah sedih melihat mamak yang sedang mempertaruhkan
nyawanya demi putra mereka. Tiba-tiba ayah terkejut mendengar suara bayi yang
menangis dari dalam ruangan. Saat itu juga dokter keluar dan berkata “Selamat
pak, anak bapak laki-laki lahir dengan selamat dan normal”. Ayah menjerit
histeris kesenangan. Ayah seperti orang gila dirumah sakit itu. Dia bangga
dengan kelahiran putra pertamanya. Ayah lalu memasuki ruangan dan melihat
putranya. Ganteng ya pak anaknya, cetus suster yang ada di sampingnya. Ayah
Cuma bisa ngangguk dan senyum haru. Akhirnya anak itu pun langsung diberi nama Reza Kahar Fahlevi Harahap. Nama Reza
Fahlevi adalah nama seorang pejuang dari negeri Iraq. Dan Kahar adalah nama
Adiknya kakek. Resmi lah nama anak tersebut. Banyak yang mengatakan kalau si
Reza itu ganteng mirp orang Belgia. Dan banyak yang bilang kalau Reza itu anak
yang tertukar di rumah sakit. Soalnya wajahnya gak mirip dengan ayah ataupun
mamaknya. Tapi, dia tetap anak kandung dari Dahman dan Irma. Titik.
![]() |
*putra pertama ayah yang paling ganteng* |
*PNS (Perubahan Nasib SiAyah)*
Ayahpun meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang sampah dan memilih
berwirausaha dengan berjualan bakso dan jus. Dia gak mau melihat anaknya yang
ganteng mempunyai ayah seorang tukang sampah. Itu alasan utama. Setelah
berjualan selama 2 tahun, ayah pun melamar sebagai guru honor di sebuah sekolah
dasar. Dan hasilnya, diterima. Ayah juga sempat melamar jadi PNS. Tapi ketika
itu ayah gagal. Ayah tetap berusaha dan menunggu nya tahun depan. Ketika
pendaftaran CPNS untuk tahun kedua, ayah juga gagal. Tahun ketiga, gagal juga.
Dan akhirnya rezeki ayah ada di tahun keempat. Ayah lulus sebagai Pegawai
Negeri Sipil dengan bersih tanpa sogokan. Disini lah rezeki ayah mulai terbuka
lebar. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual bakso. Dia fokus sebagai
guru. Kini dia ditetapkan di sekolah dasar sebagai guru tetap. Bukan honor
lagi. Alhamdulillah.
Ayah yang mempunyai cita-cita tinggi di dunia pendidikan, akhirnya
melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. S2. Ayah dengan serius
melaksanakan tugas-tugas kuliah yang sangat banyak. Dengan bantuan mamak
tentunya. Sebelumnya mamak sudah tamat S2 terlebih dahulu dibanding ayah.
Akhirnya ayah pun tamat. Dan kembali wisuda untuk yang kedua kalinya.
![]() |
*ayah wisuda S2* |
Kini nama ayah kembali berganti menjadi Drs. Dahman Harahap M.Ag. kini ayah dan mamak ku sudah sama-sama
medapat gelar Magister. Mamak ku Dra.
Irma Deliati M.Pd. ayah yang dulunya seorang tukang sampah ternyata sudah
menjadi seorang sarjana. Ayah dan mamak juga sudah mampu merenovasi rumah, dan
membeli mobil. Melihat keadaan seperti ini, banyak saudara-saudara yang dulu
nya membenci ayah karena miskin, mendadak sok kenal. Mamak heran tiba-tiba ayah
udah mempunyai banyak keluarga di Medan ini. Padahal ayah dulu pernah cerita
sama mamak kalau ayah gak punya keluarga di medan. Tapi ayah orangnya tidak
pendendam. Ayah sering menjemput saudara yang datang dari kampun untuk datang
kerumah. Ayah juga menolong saudara yang gak mampu di kampung sana untuk
bersekolah di Medan. Terbukti, sudah 4 orang menjadi sarjana di biayai ayah
selama tinggal di rumah kami.
Sekarang ayah dan mamak sudah sertifikasi. Mereka sudah bisa membeli
mobil sendiri. Banyak yang gak nyangka kehidupan ayah berubah sekali. Aku yakin
ini berkat usaha dan kerja keras ayah. Ayah juga sering mengunjungi
saudara-saudaranya di kampung. Kalau pas lebaran, ayah selalu memberi sedekah
kepada saudara-saudaranya yang kurang mampu. Ayah juga udah bisa memperbaiki
makam kedua orang tuanya. Memang ayah sangat luar biasa!
Kini Ayah mempunyai 4 orang anak. 2 pria dan 2 wanita. Kami hidup ber
enam. Ayah lah yang menjadi kepala keluarga. Dan aku sebagai anak pertama yang
harus membimbing adik-adik ku. Aku sebagai anak pertama juga bertekad suatu
saat akan menambahkan gelar H dan Hj di depan nama kedua orang tua ku. Semoga
saja. Amin!
![]() |
*Harahap's Family* |
Banyak kesimpualan yang dapat
saya ambil dari kisah ini.
1.
Pendidikan adalah nomor satu.
2.
Kemauan adalah cara untuk merubah
nasib seseorang.
3.
Gak perlu minder. Karena minder
adalah perbuatan yang hanya membuang-buang nafas.
4.
Tuhan akan merubah nasib seseorang
jika seseorang itu mau berusaha.
5.
Celaan, cacian, dan makian itu
adalah batu loncatan seseorang untuk menuju kesuksesan.
Semoga kisah ayah ku ini menjadi pelajaran bagi semua orang. Ingat, gak
ada orang yang
bisa
sukses tanpa berusaha. Keberhasilan itu akan datang apabila kemauan itu
diiringi doa dan usaha. SEMOGA CERITA INI DIANGKAT MENJADI SEBUAH FILM
SEKIAN
1 comments
Ini kisah nyata?!! Beruntung sekali anda, ayah anda brkerja keras. Sedangkan ayah saya yang kerjanya serabutan kadang kerja kadang nggak juga males"an, lain dengan ibu saya yang kerja dari pagi hingga malam untuk membiayai hidup. Saya kini duduk dibangku kelas 2 sma. Dan hal ini selalu membuat saya tak ingin mencontoh ayah saya!!! Saya sungguh terinspirasi dengan perjuangan ayah anda, saya berharap dapat mengikuti jejak kesuksesan ayah anda.
ReplyDelete