Untukmu
Sebelum
kau membaca tulisan ini, alangkah baiknya tunda dulu untuk tidak menyayangiku
lagi.
Yuk,
lanjut!
Ketahuilah,
aku rindu tempat ini. Tempat dimana namamu kusebut dalam hati dan kutuang lewat
tulisan. Satu nama yang membuat jari ini seakan terus menari di atas keyboard laptopku.
Selama
bertahun-tahun, membaca cerita tentangmu lebih tepat untuk melepas rindu
daripada harus membongkar gallery handphoneku, lalu melihat foto-foto itu.
Mau
tahu se-berengsek apa aku selama setahun ini?
Aku
terus membayangkan tangan wanita yang kugenggam adalah tanganmu, pipinya yang
kucium adalah pipimu, air matanya yang kuusap adalah air matamu, dan namanya
yang selalu kusebut dalam doa adalah namamu.
Berengsek
sekali bukan?
Tidak
pernah aku merasa bersalah akan hal itu.
Biar
saja. Tuhan juga tahu kalau aku menyayangimu.
Andai
aku menjadi tuhan, mungkin aku muak mendengar namamu yang terus disampaikan
oleh hambaku yang satu itu. Tapi dia tetap lah tuhan. Yang maha mendengar
apapun termasuk namamu yang selalu kusebut dalam doa.
"Tuhan, jaga hatiku buat dia. Kalau ada
yang ingin memilikinya, itu aku ya tuhan. Bukan orang lain."
Begitulah
kalimat terakhir sebelum "amin" yang selalu kukatakan kepada yang
maha mendengar.
Kau
adalah alasan kenapa aku se-percaya diri ini menjadi satu-satunya laki-laki yang secara menerus menyebut namamu
dalam doaku. Tidak ada yang lain. Kecuali ayahmu. Aku percaya itu.
Bagaimana?
Semoga
tulisan ini bisa membuatmu sadar, kalau rindu yang hadir itu adalah dirimu.
Setidaknya
kau tahu, seberapa merindukannya kau selama ini.
---
0 comments