­

Untukmu

by - March 13, 2020


Sebelum kau membaca tulisan ini, alangkah baiknya tunda dulu untuk tidak menyayangiku lagi.

Yuk, lanjut!

Ketahuilah, aku rindu tempat ini. Tempat dimana namamu kusebut dalam hati dan kutuang lewat tulisan. Satu nama yang membuat jari ini seakan terus menari di atas keyboard laptopku.  

Selama bertahun-tahun, membaca cerita tentangmu lebih tepat untuk melepas rindu daripada harus membongkar gallery handphoneku, lalu melihat foto-foto itu.

Mau tahu se-berengsek apa aku selama setahun ini?

Aku terus membayangkan tangan wanita yang kugenggam adalah tanganmu, pipinya yang kucium adalah pipimu, air matanya yang kuusap adalah air matamu, dan namanya yang  selalu kusebut dalam doa adalah namamu.

Berengsek sekali bukan?

Tidak pernah aku merasa bersalah akan hal itu.

Biar saja. Tuhan juga tahu kalau aku menyayangimu.

Andai aku menjadi tuhan, mungkin aku muak mendengar namamu yang terus disampaikan oleh hambaku yang satu itu. Tapi dia tetap lah tuhan. Yang maha mendengar apapun termasuk namamu yang selalu kusebut dalam doa.

"Tuhan, jaga hatiku buat dia. Kalau ada yang ingin memilikinya, itu aku ya tuhan. Bukan orang lain."

Begitulah kalimat terakhir sebelum "amin" yang selalu kukatakan kepada yang maha mendengar.

Kau adalah alasan kenapa aku se-percaya diri ini menjadi satu-satunya  laki-laki yang secara menerus menyebut namamu dalam doaku. Tidak ada yang lain. Kecuali ayahmu. Aku percaya itu.

Bagaimana?

Semoga tulisan ini bisa membuatmu sadar, kalau rindu yang hadir itu adalah dirimu.

Setidaknya kau tahu, seberapa merindukannya kau selama ini.

---





You May Also Like

0 comments