­

Cerita haru di waktu maghrib

by - June 04, 2014

Ini kejadian yang gak semua orang bisa ngelakuin. "JUJUR". Sulit rasanya mengungkapkan kebenaran demi menyembunyikan satu kesalahan yang nantinya bakalan terungkap juga.

Kejadian ini nyata aku alami maghrib tadi. Ini hal biasa, tapi bermakna yang gak terungkap dengan kata-kata.

Sore itu (menjelang maghrib) aku dan sebagian keluarga sedang berkumpul di ruang tamu untuk membicarakan sesuatu. Kebetulan, tante juga datang ke rumah menggunakan mobil. Mobil nya diparkir di pinggir jalan seberang rumah. Ya.. agak jauh gitu, lah. Lagi asik-asiknya ngobrol, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak yang gak terlalu tua sambil menggendong anaknya yang sedang nangis. Dia mengucapkan salam dengan lembut "assalamualaikum, bu. Itu mobil sedan yang diparkir di seberang sana mobil ibu, ya?". Tanya bapak itu dengan sopan. "Iya, pak. Ada apa, ya?" Jawab ibu saya. Awalnya saya mengira kalau bapak itu mau menyuruh mobilnya dipindahi karena ada sesuatu yang mau masuk. Dan ternyata tidak. Bapak tadi langsung mengatakan "anu.. buk. Tadi saya sama anak saya nyerempet mobil ibu". Ibu saya kaget. Soalnya mobil itu baru aja keluar dari bengkel untuk diperbaiki.

"Waduuh, ayo kita liat kondisinya". Kata ibu saya sambil mengajak bapak itu. Saya yang memiliki jiwa kepo yang maksimal juga ikut melihat kondisinya. Ternyata di luar gerimis. Dan setelah sampai di dekat mobil, bapak itu ternyata adalah tukang becak mesin yang baru aja menjemput kedua anaknya. Anak perempuannya di dalam becak menangis. Ketika ibu saya langsung membicarakan masalah kelanjutan dari kejadian itu bersama bapak tersebut, saya coba menenangkan anak perempuan yang di dalam becak tadi.

"Adek kenapa? Kok nangis?" Tanya saya dengan penuh ke-pria-an. "Kasian bapak, nabrak mobil, dan dia pasti harus bayar biaya perbaikannya". Adek itu menjawab dengan penuh kesedihan. "Yaudah dek, gak papa, kok. Yang penting bapak uda berani jujur".

Kepo maksimal saya berlanjut. Saya meninggalkan adek itu, dan mendekati bapak itu yang sedang berbicara dengan ibu saya. Singkat cerita, ibu saya mengikhlaskan kejadian tersebut. Memang, kondisinya gak parah. Cuma pintu depannya tergores dan peyot cukup besar. Mungkin, ibu saya juga gak tega melihat kondisi bapak itu yang kerjanya tukang narik becak, apalagi dia salut melihat kejujuran dan keberanian bapak itu.

Liat, tuh. Banyak pelajaran yang bisa diambil. Jujur itu memang penting. Sampaikanlah satu kejujuran walaupun itu pahit. Dan gak ada jujur yang menghasilkan kesalahan. Nyatanya, dari kejadian tadi, si bapak malah gak diberi tuntutan untuk membayar perbaikan. Mungkin saja si bapak lain kali harus hati-hati dalam berkendara.

Oh ya.. ada satu penyesalan bagi saya sendiri atas kejadian tadi. "LUPA BAWA GADGET UNTUK MENGABADIKAN KEJADIAN MENGHARUKAN ITU". Maklumlah, namanya juga kepo maksimal.

Udah, ya. Berani jujur, ya.

You May Also Like

0 comments