• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
twitter instagram

SUKA-NGAYAL

written by reza kahar

ALLAHUAKBAR!!!

11 hari yang lalu baru aja ngeposting gimana rasanya jadi Mahasiswa yang Hampir Abadi, dan sekarang bau-bau abadi itu hampir tercium ketika aku menyerahkan BAB 4 yang berharap di acc tanpa revisi (lagi). 

Tadi siang, dengan gagahnya aku melangkah ke kampus dengan penuh keyakinan akan membawa lembar persetujuan untuk sidang Tugas Akhir, yang rencananya belum direncanakan kapan akan terlaksana.  Setidaknya  harus yakin! Itu yang penting.

Awalnya, untuk mengerjakan BAB 4 masih bingung mau mulai darimana.  Jangankan niat, niat untuk niat aja gak ada.

Sampai di kampus aku langsung memasuki ruangan Dosen Pembimbing. For Your Information, Dosen Pembimbing ku ini adalah seorang wanita.  salah satu dosen favoritku juga di kampus. Aku gak mau ngasih tau namanya siapa, yang jelas, dia Dosen yang paling di segani di kampus.

Oke, mari kita sebut saja namanya "Diana"

Dan satu lagi,  aku adalah satu-satunya mahasiswa bimbingan-nya yang gak pernah menjumpai dia untuk bimbingan mengenai Tugas Akhir.  Padahal, Bu Diana ini setiap tahunnya selalu mendapat Mahasiswa yang bisa dibilang bandel selama perkuliahan.  Tapi, setelah dibimbing mengenai Tugas Akhir, mahasiswa-mahasiswa yang Hampir Abadi seperti saya tersebut mudah-mudahan berhasil di meja sidang.

"permisi, bu" kataku..

"SUDAH! SILAHKAN KELUAR! SAYA TIDAK MAU BIMBING KAMU LAGI! BERAPA KALI SAYA CARI-CARI KAMU, KAMU SELALU GAK ADA! MAU KAMU APA SEBENARNYA? SAYA ITU MAU MENOLONG KAMU. BUKAN MEMBUNUH."

Sembari dia memarahi aku, ingin rasanya kutempelkan jari telunjuk ku tepat di depan bibirnya sambil berkata "aku itu selalu salah ya, di mata kamu. aku gak kemana-mana, kok.. tetep setia sama kamu"

Mungkin, kalo niat itu aku laksanakan, bu Diana akan berkata "KAU EMANG SALAH KARENA GAK MAU AKU BIMBING, ANJING REZAAAAAA!!!!"

Tapi niat itu aku urungkan.  Selain takut dapat perlakuan seperti perumpamaan diatas, aku juga takut jari telunjukku digigitnya sampai putus, dan aku tidak bisa mengerjakan BAB 4.

Aku cuma bisa diam sambil menundukkan kepala. bukan meratapi kesalahan, tapi siapa tau ada duit jatuh di lantai ruangan bu Diana.

"SUDAH, KAMU KELUAR. NGAPAIN LAGI DISINI? KELUAAAARRRRR!!!" kata bu Diana. 

Bu, aku belum dapat duitnya, boleh aku mencari satu per satu dari sudut ruangan ini? siapa tau dapat.

Sebelum bu Diana meluapkan kemarahannya makin menjadi, dengan menghancurkan semua kaca di ruangannya, lalu mengambil beberapa kepingan dan menggesekkannya di leherku, lebih baik aku pergi meninggalkan ruangannya.

Setelah kejadian yang hampir menumpahkan darah tersebut, aku langsung menuju ke perpustakaan kampus untuk mengerjakan BAB 4.  Dengan niat yang sudah diniatkan berkali-kali, aku mengerjakan BAB 4. 

Dalam waktu 3 hari akhirnya aku berhasil menyelesaikan BAB 4.  Aku yakin, data yang aku kerjakan di BAB 4 sudah lengkap.  Aku kerjakan sesuai Metodologi Penulisan Tugas Akhir yang sudah ditetapkan. 

Sebelum menyerahkan ke bu Diana, aku coba menjumpai beberapa dosen pembimbing mahasiswa yang lain. dari 4 doping yang aku tanya, semuanya bilang udah bagus.  Mungkin penulisannya aja sedikit yang diperbaiki.

Alhamdulillah, sepertinya kalau aku serahkan ke bu Diana langsung, dia akan kagum karena marahnya kemarin, aku jadi berubah.

Segera aku temui bu Diana di ruangannya.

"Permisi, bu.." kataku.

"Ngapain lagi? hah?" kata bu Diana.

jangan, bu, jangan, jangan bunuh aku 
"emmm anu, bu.. aku mau nyerahin BAB 4, bu" kataku dengan penuh ketakutan.

"yaudah, sini saya lihat!" perintah bu Diana.

satu per satu halaman dibuka, dan dilihat dengan serius, ku lihat bu Diana sesekali menganggukkan kepalanya.  Menurut ilmu Psikologi, itu maknanya bagus.  

Sampai halaman terakhir, tidak ada aku lihat bu Diana membuka bajunya tutup pena nya. itu tandanya tidak ada yang direvisi. 

YESSS!!! AKU BERHASIL!

"coba kamu ambilkan dulu minum saya!" perintah bu Diana.

"baik, bu.. akan saya beli minuman ibu dengan duit saya sendiri"

aku langsung berlari menuju kantin dengan bahagianya, sesekali aku moonwalk.

"Permisi, bu.. ini minumnya" kuberikan minuman yang dipesannya tadi

DAAANNNNN... ALANGKAH TERKEJUTNYA AKU MELIHAT BAB 4 YANG SUDAH AKU KIRA TIDAK ADA REVISI TADI.

penampakan yang amat sangat mengoyak hati

 Ya, mau gimana lagi.  emang harus kayak gini.  harus diperbaiki.  Anggap aja ini pembelajaran untuk lebih rajin lagi.  Jadikan aja coretan ini motivasi, ya kan?

YOK, SEMANGAT, ABANG KAHAAAAARRRRR!!!! *hibur diri sendiri*

 


 






Share
Tweet
Pin
Share
2 comments


Sedang berada di perpustakaan kampus dengan status “MAHASISWA YANG HAMPIR ABADI”. Ditemani beberapa teman yang sedang mengerjakan slide power point untuk sidang Tugas Akhir. Dan aku, cuma ngadem.

Masih ingat beberapa tahun yang lalu, ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini. STIPAP (Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan). Kampus yang mau menerima aku sebagai status Calon Mahasiswa yang hampir tidak kuliah dikarenakan tidak lulus di perguruan tinggi manapun sebanyak 6 kali percobaan. 

Sekarang, sudah 4 tahun berlalu. Sudah waktunya seorang mahasiswa mempertanggung jawabkan semuanya di “Meja Sidang”. Layaknya seorang anak laki-laki yang berumur 22 tahun, sudah waktunya memanfaatkan senjatanya yang telah disunat untuk melahirkan seorang Mahasiswa Yang Hampir Abadi juga.

Aku adalah seorang Mahasiswa yang bisa dibilang tidak terlalu aktif dikampus. Dibilang pintar, enggak. Dibilang pintar kali, mungkin iya. KENAPA? GAK SETUJU KALAU AKU ITU PINTAR KALI?

Sudah 8 semester, dengan IPK 3,10 dan itupun sudah termasuk nilai kasihan ditambah nipu-nipu sedikit. Sebenarnya, IPK 3,10 itu adalah IPK 4,00 yang typo.

Teman-teman di kampus sudah mulai maju ke meja sidang satu persatu. Sementara aku masih duduk santai di perustakaan sambil ngadem dan menikmati fasilitas wifi. Tugas Akhir masih sebatas proposal (BAB 1 – 3). Itu juga bisa di acc tanpa revisi. Ya, karena kasihan. Aku termasuk mahasiswa yang terakhir ngajuin proposal ke dosen pembimbing.

Kalau menurut hasil statistik perkuliahan aku di semester 8 ini, hanya dua kali ikut bimbingan Tugas Akhir. Yang pertama, Cuma kebagian 5 menit, kemudian kelas bimbingan selesai. Artinya, aku telat datang. Yang kedua, juga kebagian 5 menit. Lagi-lagi karena telat datang bulan.

Melihat aku yang selalu terlambat, dengan rasa terpaksa dosen pembimbing meng-acc proposal.
Semoga dengan segala keterpaksaan doping tersebut bisa berlanjut sampai aku bisa sidang. Meskipun lulus dan wisuda dengan status TERPAKSA.

Di semester 8 ini, aku merasa benar-benar seperti mahasiswa. Mulai aktif ke perpustakaan untuk mencari sumber data buat Tugas Akhir (selain ngadem dan wifi gratis).

Padahal, selama ini aku biasanya ke perpustakaan hanya untuk membuka pintu perpustakaan, melihat satu persatu sudut ruangan apakah ada mahasiswa yang aku kenal, lalu berteriak (AYOK KE KANTIN!!! SEMUA INI HANYA DUNIA!!!)

Kemudian, aku mulai menjadi penjilat kepada sang pencipta. Mendadak rajin ke mesjid untuk mengadu. Yang biasanya selalu menjawab “titip doa, ya” ketika diajak sholat, kini sudah bisa menerima titipan doa dari teman-teman yang gak mau sholat.

“ya allah, permudahkan urusan Tugas Akhirku. Mengenai titipan doa teman-teman kepadaku, jangan diterima ya allah. Titipan mereka salah alamat”

Begitulah kira-kira doaku.

Berikut adalah ciri-ciri Mahasiswa Hampir Abadi:

Mahasiswa Hampir Abadi biasanya dalam setahun hampir empat kali atau lebih menghadiri wisuda teman-temannya tanpa memikirkan nasib nya sendiri. Itu artinya, sudah berapa bunga yang diberikan kepada mereka-mereka yang sudah wisuda.

Mahasiswa Hampir Abadi biasanya bangga nge-post-ing foto dia bersama temannya wisuda di semua sosial media. Dengan harapan, mereka semua datang juga waktu dia wisuda. Meskipun dengan waktu yang belum ditentukan, bahkan ditargetkan.

Mahasiswa Hampir Abadi biasanya selalu menggunakan caption “semoga cepat nyusul” di instagramnya ketika berfoto dengan teman yang sudah wisuda.

Mahasiswa Hampir Abadi itu kalau wisuda bukan pakai toga. Tapi jas hujan (mantel).

Mahasiswa Hampir Abadi itu sering bertanya “gimana tugas akhirmu?” kepada teman-temannya, dan gak pernah ditanyain balik. Biasanya kalo ditanyain balik, jawabannya cuma “sebentar nya ngerjai itu”.

Nah, yang terakhir, biasanya Mahasiswa Hampir Abadi itu lebih bisa menyiapkan ketikan di blognya daripada ketikan BAB 4 di Tugas Akhirnya.

Semoga Mahasiswa Hampir Abadi ini segera sadar akan statusnya. Mau bagaimanapun, aku juga gak mau mendapatkan gelar sebagai Mahasiswa Hampir Abadi, apalagi harus menjadi Abadi. Ami-amit, ih!

Yaudah, yaudah.. siap postingan blog ini aku post, aku lanjut ngerjain BAB 4.

 
Insya Allah gak abadi

Akhir kata, HIDUP MAHASISWA HAMPIR ABADI!!!


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Nengok - Nengok

YANG PUNYA



Komposisi: Tulang, Daging, Nyawa, dan Nama!



SAYA DI TEMPAT YANG LAIN

  • instagram
  • youtube
  • twitter

recent posts

Blog Archive

  • June 2022 (1)
  • December 2021 (1)
  • March 2020 (1)
  • September 2019 (1)
  • June 2018 (3)
  • January 2017 (1)
  • December 2016 (2)
  • September 2016 (2)
  • May 2016 (1)
  • November 2015 (3)
  • November 2014 (1)
  • September 2014 (1)
  • July 2014 (1)
  • June 2014 (1)
  • March 2014 (2)
  • December 2013 (1)
  • August 2013 (1)
  • July 2013 (1)
  • June 2013 (1)
  • May 2013 (1)
  • April 2013 (2)
  • March 2013 (4)
  • February 2013 (3)
  • January 2013 (2)
  • December 2012 (3)
  • November 2012 (2)
  • October 2012 (1)
  • September 2012 (1)

Created with by ThemeXpose